Kamis, 05 Januari 2012

Setangkup Doa Pagi


Mencoba mengais energi pagi, setelah lelap semalam menghilangkan penat dari sebuah perjalanan. Menyusun rencana hendak kemanakah hari ini. tapi rasanya buntu, aku masih duduk disini dan belum menemukan rencana. Ada kelelahan luar biasa di otakku.  Kucoba bertanya pada diriku sendiri, hendak kemana aku hari ini, "aku ingin pergi ke suatu tempat, yang hijau, sejuk, duduk hanya duduk saja dan tidak melakukan apapun". Hampa. 

Kesibukan ini bila kubiarkan tanpa kendali, semakin lama semakin menjadikan aku jauh dari nilai manusia. Pusaran kehidupan begitu dahsyat, namun bila aku menginginkan tetap bisa berdiri tegak berarti harus larut di dalamnya. bila inginkan bertahan aku harus ikut berebut remah-remah lembar-lembar kertas yang dinamakan uang. Naif. 

Dalam setiap doa aku memohon, "Tuhan, berikan aku seorang yang bisa mengerti, hakekat hidup, sebenar-benar hidup benar. Hidup dalam ajaranMu. Aku tak hendak seorang suci ataupun sempurna, aku hanya menginginkan seorang hamba yang mencariMU bersamaku. Menyayangiku karenaMU. Karena bersama orang seperti itu, kehampaan akan terisi cintaMU, dan akupun akan lebih kuat berdiri menghadang gerusan hidup yang kian hari kian membadai." Tuhan baru memberikan tanda, tapi belum memberikannya padaku. Sabar.

Belum juga aku beranjak dari lamunanku, masih terduduk disini. mengumpulkan tekad untuk bangkit. Berdiri. Aku harus melakukan sesuatu. Mungkin aku harus mengawali dengan satu permohonan, "Tuhan, perkenankan tanda itu kau berikan padaku, agar menemaniku, pemyemangatku, bagian dari hidupku. Aku tak ingin menua seorang diri, dan aku juga tak ingin menua dengan seseorang yang tak pernah mau berbicara tentangMU." Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar