Rabu, 18 Januari 2012

Berlalulah

Lelaki itu mendatangiku, bertahun-tahun yang lalu. Memasuki hidupku yang sedang porak poranda, dan membantuku menata serpih-serpih kehidupanku. Lelaki itu selalu ada disaat aku membutuhkan. Hari demi hari dirajut dengan tawa. Aku yang sendiri tak merasa sepi lagi. Aku bahagia. 

Lelaki itu terdiam pada suatu hari, aku merasakan ada beban yang sangat berat yang dia tanggungkan, aku mencoba menanyakan ada apa, namun jawabannya hanyalah, "aku tak tahu, semua gelap"

Lelaki itu berurai air mata, hari itu dia mengatakan dia harus menjawab panggilan keluarganya untuk membangun sendiri bahteranya, bukan dengan aku, dengan sosok yang lebih sempurna. Seperti dihantam halilintar, hari itu aku limbung. Sulit membedakan akal waras dan kegilaan, sulit memilih akankah aku kuat terus melanjutkan hidupku atau memilih jalan pembebasan dari segala sakit dunia. Aku hampir mati. 

Menghujat, Bersumpah, kemarahan yang menyala-nyala, kesedihan yang begitu dalam, rasa tercampak, tak berguna, serasa manusia terburuk di dunia karena rasa tertolak. 

Adalah sahabat-sahabatku yang bijak, yang setiap hari menuntunku, meyakinkanku bahwa aku pasti bisa berdiri kembali, bahwa hidupku sangatlah indah, bahwa aku masih memiliki kekuatan iman, Tuhan masih ada, begitu kata teman-temanku. Aku mencoba menemukan diriku. Menghilangkan semua hal tentang lelaki itu. Semua hal, tak kusisakan tempat untuknya lagi. Aku tenang, aku bahagia dengan hidupku.

Setiap peristiwa terjadi atas kehendak Tuhan, tanpa kecuali. Tanpa kecuali juga saat lelaki itu mendatangiku lagi, membawa sejuta beban yang sarat di bahunya. Lelaki itu mengulurkan tangannya. Namun aku tahu, tak mungkin aku menerima uluran tangannya. Aku hanya bisa iba. "kenapa kau datang lagi" tanyaku padanya, "tanyalah pada Gusti, kenapa". Jawabnya. "Semua sudah terlambat, biarkan aku mencintaimu hingga terluka, lebih agung untukku melukai diriku daripada merendahkan diri merenggutmu dari istanamu. Biarkan aku sendiri, jalanilah takdirmu yang telah kau pilih sendiri dua tahun yang lalu."

Aku mengeras, kembali menjadi batu karang, memandangmu Lelaki yang hidup dalam bayang-bayang. Berlalulah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar