Selasa, 24 Januari 2012

Menuju Cahaya

http://leiaazzahra.blog.com/files/2010/01/lightpath.jpg
Hidup harus terus berjalan, dan terus berjalan menuju satu cita-cita, kemuliaan dan tegaknya satu peradaban dalam bimbingan Tuhan. Hari ini sampailah perjalananku pada satu tempat dimana aku harus memilih untuk meninggalkanmu. Tak bisa ditawar lagi. Bukan karena aku tak kasihan padamu, bukan karena aku tak peduli lagi padamu,  bukan karena aku aku tak menyayangimu lagi, namun inilah yang harus aku tempuh, aku merasa inilah jawaban dari Tuhan, atas doa-doa yang setiap hari aku panjatkan.

Aku tahu, tangismu, lumpuhmu, terpurukmu, aku tahu. Tapi inilah yang Tuhan katakan, dan aku lebih mencintai DIA (dan ilmu-ilmunya tentang bagaimana aku harus hidup dan mati) dari segala hal yang ada di dunia.

Aku mengemban tugas kehidupan yang sarat, yang takkan membiarkan aku berada dalam keterombang-ambingan perasaan, karena itu akan mengaburkan makna sejati tugas kehidupan. Namun aku juga menyadari kemanusiaanku yang terkadang masih berada dalam kerendahan derajat kemanusiaan. Tak apa. Wajar bagi seorang manusia dalam pencariannya terkadang harus terjerembab dalam kubangan permasalahan dunia, kebingungan dalam menentukan sikap dan arah. Hingga tak bisa membedakan antara nikmat dan ujian. 

Bukan aku tak bahagia bertemu lagi denganmu, tapi nikmat kehidupan yang datang dariNYA pastilah tidak akan menyisakan kepedihan bagi seseorang yang lain. Bila satu keindahan membuat kesakitan bagi yang lain itulah naar kehidupan. Itu bukan nikmat, namun cobaan. Aku takkan pernah bisa tertawa diatas tangis orang lain, aku tak ingin mewujudkan naar bagi kehidupan seseorang. Aku ingin hidupku menjadi rahmat bagi manusia lain. Dan aku tahu pasti dirimu memahami aku seperti aku memahami diriku sendiri.

Satu terimakasihku yang tak berhingga, karena hari ini melalui dirimu, melalui apa yang kita lewati, aku benar-benar mengerti apakan satu kehidupan Jannah* itu. Satu kehidupan penuh kasih sayang yang diibaratkan kebun yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Sayangku, dalam satu kebun setiap pohon  tak pernah serakah, sehingga air yang mengalir itu akan dia ambil secukupnya saja sehingga makhluk lain tetap bisa menggunakannya hingga sampai di hilir sana. Dan pohon-pohon menghasilkan buah, yang buahnya tersebut tidak berguna bagi dirinya namun sangat berguna bagi makhluk yang lain. Biarkan aku menjadi pohon, dan bisa memaknai kasih sayang dalam arti yang luas, untuk setiap manusia, biarkan buahku menjadi hikmah bagi orang lain yang membutuhkan pelajaran hidup. Satu pintaku, tetap beningkan jiwamu, selalu perbaiki diri dalam pencarianmu akan ilmu Tuhan, jadilah hamba pilihanNYA yang selalu bisa "memilih" jalan cahayaNYA. Tak perlu kau cari aku ada dimana, aku tak kemana-mana, aku dalam genggaman kuasaNYA. Selamat berjuang. 

@untuk seseorang yang pernah ada dan mengisi hidupku, inspirasi terbesarku mengenai Jannah dan cinta pada kedua orangtua yang tak pernah terkalahkan oleh apapun, my beloved puntadewa, selamat berjuang dan berbahagialah selalu.

* Jannah arti asalnya bukanlah surga (surga berasal dari bahasa sansekerta). Hanya para mubaligh di Indonesia menerjemahkan kata Jannah dalam al Quran sebagai surga. Makna harfiah Jannah adalah kebun atau taman. (M Quraish Shihab, 2000, Tafsir Al Misbach.  Pesan, Kesan dan Keserasian Al Quran. Ciputat. Lentera Hati.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar