Jumat, 11 Mei 2012

Kebo Iwa. Siapakah Dia?

Siang yang terik, seperti hari-hari kemarin kupacu mobil menuju kota Klungkung. Dari daerah Tohpati, tadinya aku masih bimbang, apakah mengambil jalan melalui by pass Ida Bagus Mantra atau melewati dalam kota, namun akhirnya kuputuskan untuk lewat Batubulan-Celuk-Sukawati-Gianyar-Klungkung, sekalian melihat-lihat potensi outlet di sekitar sini. 

Patung-patung, Pura, Pasar Sukawati, ibu-ibu yang membawa canang untuk sejaji, semua kulewati begitu saja, tak ada yang menarik perhatianku. Sepanjang perjalanan kepalaku masih disibukkan oleh target dan route yang akan aku lewati nanti. Aku agak terlambat ke lapangan karena banyak pekerjaan yang harus diselesaikan di kantor, "aku harus cepat-cepat agar semua bisa selesai hari ini", pikirku. Hingga akhirnya aku sampai di sebuah simpang jalan yang cukup besar, kubaca petunjuk jalan di papan warna hijau, kuambil arah "Klungkung", ke kanan. Baru kali ini aku melewati jalan ini, tiba-tiba mataku terpesona pada sebuah gapura denga patung besar di tengah pembatas jalan. Biasanya patung-patung di Bali adalah perwujudan dari Dewa-Dewi atau tokoh khayalan, tapi ini berpakaian a'la Gajah Mada dan ada prasasti di bawahnya, tak terlalu jelas, hanya terbaca Kebo Iwa dan sekilas sepertinya tertulis bahwa tokoh ini berjuang untuk kerajaan di Bali. Aku bertanya tanya, nama itu terasa tidak asing bagiku, tapi aku tak ingat siapa dia. Demi mencari jawaban atas penasaranku, aku sms temanku yang memang penggemar sejarah dan pewayangan, tapi ternyata dia pun gak tahu persis.  Siapa Kebo Iwa? Kenapa aku merasa pernah tahu siapa dia? Apakah dia anak buahnya Gajah Mada ya? Gaya berpakaiannya mirip. Duh, perjalanan hari itu diwarnai penasaran jadinya.


Malam harinya, aku coba upload foto patung Kebo Iwa ke akun jejaring sosialku, "Namanya Kebo Iwa, ada yang tahu sejarahnya?", "Itu raksasa yang dipendem di kawah Gunung Agung karena makan orang-orang. Dibuat patung untuk pemujaan, dikasih sesaji, biar gak marah-marah, karena kalo marah dia meronta-ronta hingga Gunung Agung meletus, aku agak-agak lupa Gunung apa tepatnya, yang jelas aku baca di majalah waktu SD dulu" begitu komentar Sigit. Deni berkomentar lain, katanya, " Udah ada di FTV, diperankan Derry Drajad, Kebo Iwa adalah Patih Bali yang membentengi kerajaan Bali dari serangan Majapahit di zaman Gajah Mada. Dia ini punya ilmu kebal". Lalu komentar ketiga dari Mbak Ni'mah tanteku, "Kebo Iwa adalah tokoh legenda masyarakat Bali yang dipercaya memiliki tubuh yang sangat besar. Konon Kebo Iwa menggunakan kuku kukunya yang tajam dan kuat untuk memahat dinding batu cadas sehingga terbentuk sebuah candi, yang diselesaikan dalam sehari semalam. Namanya Candi Gunung Kawi.". Aku semakin bingung, dari 6 orang yang berkomentar, 3 orang mengaku tidak tahu dan 3 orang lagi beda semua penjelasannya. Teman-teman di kantor yang notabene orang Bali pun tak ada yang bisa menjelaskan dengan pasti siapa Kebo Iwa. "Gatau deh mbak, kayaknya ya pahlawan yang melawan Belanda gitu. Kalau setahuku sih, di Jalan Kebo Iwa ada warung ayam Betutu Rama-nya Pak Yota, hehehe" Kata Ni Luh sambil bercanda. Duh, tambah jauh deh, masak iya sih jaman belanda orangnya masih pakai pakaian a'la Majapahit gitu. Ah, sudahlah. Pikirku. Rasa penasaran itu aku simpan, setiap kali melewati jalan itu, aku melihat saja, sambil berpikir, siapa dia.

Sekitar sebulan kemudian, aku jalan-jalan ke toko buku lokal yang menjual buku-buku karangan pengarang lokal Bali, perhatianku tertuju pada sebuah buku tipis "Sejarah Bali". Segera aku masukkan ke keranjang belanjaanku. Malam berikutnya, baru aku sempat membaca buku tersebut. Sebenarnya aku sudah agak lupa dengan penasaranku pada Kebo Iwa, namun membaca sekilas buku aku melihat tertulis nama Kebo Iwa. Rasa penasaranku bangkit lagi, segera aku baca buku tersebut, "Kebo Iwa adalah seorang Patih Muda di Blah batuh di Kerajaan Bedahulu yang hidup sezaman dengan Patih Gajah Mada dari Majapahit sekitar tahun 1300-an Masehi.  Perawakannya tinggi kekar dan kebal, dia ahli dalam hal bangunan. Konon Kerajaan Bedahulu ini amatlah kuat dan tidak mau tunduk dibawah bendera Majapahit, sehingga diutuslah Patih Gajah Mada untuk bersiasat agar negara itu mau tunduk, karena bila di jalankan semata-mata dengan perang terbuka tidak yakin Majapahit bisa memetik kemenangan terhadap Kerajaan Bedahulu yang sangat  kuat dan banyak orang sakti mandraguna, termasuk Pati Muda Kebo Iwa. Maka dijalankanlah siasat, Patih Gajah Mada meminta Kebo Iwa turut serta ke Majapahit, disana dia akan dinikahkan dengan seorang putri cantik. Kebo Iwa dengan ijin dari Raja Bedahulu pun berangkat ke Majapahit, sesampai disana benarlah bahwa memang telah ada seorang putri cantik yang menunggunya. Putri itu meminta Kebo Iwa membuatkan sumur untuk mereka bertamasya seusai pesta pernikahan nantinya. Alkisah, dengan tulus hati tanpa syakwasangka dibuatlah sumur itu dengan baik oleh Kebo Iwa. Namun alangkah malanganya, ternyata ketika sumur itu sudah cukup dalam datanglah berbondong-bondong orang-orang Majapahit melemparinya dengan batu dan menimbun Kebo Iwa didalam sumur. Namun bukan Kebo Iwa namanya bila tidak sakti, Kebo Iwa tidak mati di dalam sumur, dia terkejut, batu-batuan yang berjatuhan kedalam sumur dilemparkan kembali keatas, sehingga justru banyak orang Majapahit yang meninggal. Akhirnya Kebo Iwa tersadar bahwa ia terkena tipu muslihat Gajah Mada yang menghendaki kematiannya. Karena merasa sudah terperangkap, Kebo Iwa menyerahkan jiwanya, ia justru memberitahu Gajah Mada bahwa dia tidak akan mati oleh segala macam senjata, ia hanya bisa dibunuh dengan kapur tohor dan air jeruk. Sesudah mengetahui hal tersebut segeralah Gajah Mada mencari Kapur Tohor dan air jeruk untuk menimbun Kebo Iwa. Maka meninggallah Kebo Iwa."

Aha, aku tahu sekarang, gambaran itu segera muncul dalam pikiranku. Kenapa aku penasaran sekali, aku ingat aku pernah membaca cergam (=cerita bergambar) tentang Kebo Iwa, tapi aku hanya ingat tentang seorang sakti mandraguna yang ditimbun didalam sumur hasil dia menggali sendiri tapi tidak bisa mati, dia akhirnya tewas setelah ditimbun dengan batu gamping. Majalah Ananda, 30 tahun yang lalu. hmm..

Dulu hanya sebatas itu yang aku tahu, tak ada baik buruk, tak ada benar salah. Dulu yang aku tahu Gajah Mada adalah negarawan besar tokoh baik, protagonis dalam sejarah. Dan Kebo Iwa adalah tokoh antagonis, raksasa yang ditimbun karena jahat. Tapi sekarang, membaca sejarah tentang Kebo Iwa, semua menjadi absurd, benar salah, tokoh baik tokoh jahat dalam sejarah bisa jadi sangatlah subyektif, tergantung dari sudut mana yang berbicara. Kebo Iwa adalah pahlawan bagi Kerajaan Bedahulu di Bali dan Gajah Mada adalah pahlawan bagi Kerajaan Majapahit di Jawa. Tak mudah memang membicarakan sejarah tanpa menimbulkan kontroversi. Wallahu a'lam.

Moral cerita :
Setiap orang bisa menilai orang lain benar atau salah, baik atau buruk, tergantung dari sudut pandang mana orang tersebut menilai. (Hiks..ketika aku menulis ini ada yang ngedumel di seberang sana, thanks ya..)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar