Rabu, 18 Januari 2012

Merindukanmu (di) Ullen Sentalu

Aku tahu tempat itu tepat dua tahun lalu. Beberapa teman mengatakan, tempat itu bagus, unik, apik. "Bagus Rin, kapan-kapan kamu harus kesini...suerrr,,,bagus!!!" Kata seorang teman yang baru saja liburan ke Yogya dan berkunjung kesana. "Iya deh..." Jawabku. Tapi aku tak punya hasrat untuk kesana. Beberapa bulan setelah itu aku ikut pelatihan di Wisma Kinasih, tepat di depannya, dua hari satu malam. Aku tanya kepada trainerku, "Pak, museum Ullen Sentalu yang mana sih? katanya deket sini..." " Lha itu lho mbak, di depan." Kata dia sambil menunjuk tempat di seberang jalan. "Ooo... isinya apa Pak", "Isinya ya macem2, kalo yg suka sejarah ya seneng. Kesana aja mbak,". Aku longokkan kepala melalui jendela wisma, yang terlihat hanya semacam bangunan tua dengan rimbun semak belukar. "Ah, kayaknya serem.. enggak deh Pak" jawabku.
Setahun setelah itu, kembali seorang teman mengajakku kesana, namun dengan beberapa pertimbangan, kamipun urung mengunjungi Ullen Sentalu. Dan akhirnya, Ullen Sentalu tersimpan rapi dalam benakku saja. Hingga hari itu.

Dua tahun kemudian. Suatu sore, tanpa rencana. Aku dan dia menyusuri jalanan, tanpa jalanan. Dia menawarkan Musim Merapi Volcano, "males ahh, gausah" kataku. Kembali kami susuri jalanan tanpa tujuan, berkali-kali aku menghela nafasku, "hhhhhhh...." entah, aku sendiri tak tau beban apa yg ada. "kamu kenapa, dari tadi menghela nafas, kayaknya ada yang berat" "enggak, aku gapapa." Jawabku. "eh, Ullen Sentalu! belok-belok!!" kataku setengah teriak. Lalu kami memasuki satu jalanan kecil, terlihat satu gerbang tua seperti di Jurrasic Park. Amazing. Seperti melompat jantungku, baguuss banget. Inikah tempatnya...? 
"Wah, keren ya" dirimu mengiyakan sambil terlontar khayalan-khayalanmu yang membuatku tertawa. Sepuluh menit kemudian, kami sudah berdiri di depan pintu masuk, "Ndalem Kaswargan" tertulis di depan pintu masuk. Seketika moodku berubah bersemangat, tempat ini begitu indah, eksotis. Seakan-akan kami dibawa ke alam lain, di sebuah taman yang tak mengenal persaingan dan keserakahan. Tenang dan damai. Damai yang dalam... damai, aku senang disini. Just like a heaven maybe... "Aku pingin ke dalam, tiketnya dimana ya?" Dia tidak menjawab, tapi bertanya pada seorang bapak yang baru saja datang, "Pak, kalau masuk lewat mana? lalu loket tiketnya dimana ya?" "waduh mas, hari ini tutup, mas besok aja kesini" Jawab bapak itu. "yahhhhh,,,gada dispensasi ya Pak? dari jauh nih..." kataku. "maaf mbak" hanya itu yang dia katakan, lalu segera menghilang ke balik gerbang tua. Hhhhh.... kembali aku menghela nafas. Aku alihkan pandangan ke atas benteng bangunan  yang sengaja dibiarkan ditumbuhi lumut dan sulur-sulur pohon, paduan yang eksotis sekali, aku hela nafas membuang kecewa, huuuuffhhh. Terbayang dimataku, didalam sana pasti indah sekali, pasti banyak  sejarah terangkai, pasti banyak filosofi hidup utk inspirasi, berkali-kali kubuang nafas kecewa. Seakan tahu, kau segera mengulurkan tanganmu merengkuhku, "Ya udah, besok lain kali kita kesini lagi, oke" katamu. Akhirnya, hari itu tak ada keindahan Ullen Sentalu yang sudah di depan mata. Entah kapan, aku harus kesini lagi. Ullen Sentalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar