Jumat, 13 Januari 2012

Meneladani Kepasrahan Bunda

Hidup berjalan terus bergerak maju, membentuk dataran, lembah dan ngarai, terkadang terasa hampa, mendatar saja, terkadang begitu membahagiakan sehingga kita merasa berada tinggi menjulang, tapi terkadang juga kita tak bisa menolak satu kesedihan yang dalam hingga serasa pada tempat terbawah di dunia. Setiap dari kita pasti pernah mengalami, satu periode, dimana kesedihan terasa seperti tiada berujung, masa depan begitu gelap dan hampir-hampir putus asa. Terkadang, disaat kita sedang merasakan yang begitu pedih, masih harus ditambah cibiran, fitnah dan tuduhan  dari orang-orang yang sebenarnya tidak mengetahui permasalahan yang sebenarnya. 

Pada saat berada dalam pusaran kesedihan memang biasanya kita tak mampu lagi berpikir jernih, dan yang paling mudah adalah menimpakan kesalahan sebagai sumber kesedihan itu kepada orang lain, yang akibatnya adalah, keluarnya sumpah serapah dan dendam kesumat pada orang yang kita jadikan "kambing hitam" atas kesedihan kita. Setelah itu semua kita lakukan, kesedihan kita bukannya lenyap, namun justru menjadi lebih dalam seperti terluka menganga dan terpuruk di dasar jurang. Aiiiihhh.... Apalagi bila hal yang demikian menimpa seorang wanita yang mana perasaan lebih dominan pengaruhnya daripada logika. 

Disaat kita sudah tak bisa mengendalikan logika, sebaiknya memang diperlukan seorang teman untuk "menampar" kesadaran kita. Mengingatkan bahwa kesedihan terlalu dalam akan mematikan nalar, dan dendam hanya akan membakar semua, akhirnya tak ada kalah menang. Binasa semua. 

Andaikan mau, alangkah indahnya bila kita tengok perjalanan salah satu wanita yang dimuliakan dan diutamakan langsung oleh Sang Khalik, Bunda Maria atau Maryam binti Imran. Beliau adalah salah satu manusia yang paling taat, yang semenjak dalam kandungan sudah dido'akan agar mjd seorang hamba Allah yang shaleh(ah), dan setelah remaja senantiasa menghabiskan waktu utk berdoa di bayt-Allah, hingga akhirnya yang mendapat tugas "berat" dari Allah, namun mungkin beliau juga wanita yang paling banyak mendapatkan fitnah semasa hidupnya. Disaat beliau "hanya" menjalankan tugas, menerima keputusan/taqdir dari Allah, yang mana, ternyata apa yg beliau jalankan itu tak bisa diterima oleh masyarakat di sekitarnya, maka tak ayal, celaan, hujatan dan tuduhan keji bertubi-tubi beliau terima. Sungguh bisa dibayangkan betapa berat apa yang beliau alami saat itu, namun bisa kita lihat, bukanlah putus asa jalan yang diambilnya, kendatipun itu hampir saja terjadi. Dengan bimbingan Allah melalui malaikat Jibril, tiadalah putus asa itu, yang ada hanyalah kepasrahan total atas kehendak Allah.  "Aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanMU" begitu kira-kira yang dikatakan Bunda Maryam waktu itu. Dan akhirnya dengan kepasrahan beliau itu, semua hal berat bisa beliau lalui dengan baik, menjadikan beliau wanita termulia, ibu terhebat dari seorang utusan Allah.

Sungguh, dengan kepasrahan total kepada Allah, menyandarkan urusan yang kita sudah tak mampu dan tak tahu lagi bagaimana cara mengatasinya hanya kepada Allah, jauh lebih menguatkan diri kita. Kepasrahan takkan membinasakan siapapun, justru akan menguatkan, dan disitu Allah pasti akan memberikan jalan keluar, lalu setelahnya hikmah-hikmah kehidupan pasti akan kita dapatkan. Bila sudah tahu demikian, masihkan kita tak hendak memasrahkan urusan-urusan kita yang telah kita usahakan sekuat tenaga , kembali kepada-NYA?  (Wallahu a'lam)  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar