Sabtu, 08 Februari 2014

Bumi Juga Butuh Cinta

Hari ini Februari ke-9 di 2014, hujan masih rintik-rintik disini. Hujan deras sudah berlalu malam tadi, hujan yang alirannya mampu membawa kasut kakiku terbawa ke ujung selokan. Waktu masih menunjukkan 07.30 waktu Indonesia bagian tengah. Hari ini cukup santai, sehingga aku punya cukup waktu untuk duduk di teras kamar kostku yang asri, yang biasanya tak pernah sempat kusinggahi. Menghabiskan segelas kopi dan sekerat roti pengganjal perut di penghujung hari-hari menjelang gajian, cukup membuatku kenyang dan nyaman. Mengamati air, mengamati langit biru, namun sesuatu melintas di ingatanku, bencana di belahan lain negeri ini. 

Banjir, tanah longsor, gunung meletus, angin ribut, hampir setiap tahun melanda bagian-bagian nusantara ini, bantuan secara fisik tak kurang diberikan, solidaritas tak kurang digalang, perbaikan-perbaikan, pelatihan mitigasi bencana alam, badan-badan pemantau cuaca, ah banyak sekali yang sudah dilakukan saudara-saudaraku. Namun bencana-bencana masih juga datang, malah seakan-akan meledek manusia. gunung meletus tak cukup berhari-hari namun berbulan-bulan, kota yang tak biasa dibanjiri air bah tiba-tiba kebanjiran. Akhirnya yang terjadi frustrasi gontok2an tuding2an mencari kambing hitam yang patut dipersalahkan. Atau kalau yang tidak mau ambil pusing justru malah ambil kesempatan dalam kesempitan. Duh.
Di bagian daerah lain yang tak terkena bencana, ketika bencana di expose di TV mereka bergumam, ckckck kasihan...  lalu yang beberapa ada yang berbaik hati merogoh kantong, mengirimkan sumbangan. Itu cukup membantu secara fisik, namun itukah esensi yang dibutuhkan?

Mungkin bila ada yang mau bertanya kepada Tuhan, mengapa ini semua terjadi Tuhan hanya akan mengulangi firman yang pernah firmankanNYA, "apa yang menimpamu adalah akibat dari perbuatan tanganmu sendiri". Ada seorang bijaksana yang mengatakan bahwa ketika jalur keterhubungan kepada Tuhan pada suatu tempat tidaklah kuat maka alampun akan bereaksi untuk "menegur" manusia-manusianya.

Mari teman sejenak kita diam dan renungkan. Tengok diri kita masing-masing. Tak ada kambing hitam yang patut kita persalahkan. Selama ini terlalu jauh kita menikmati hidup ini, hingga lupa ada tugas kita sebagai manusia yang seharusnya berfungsi sebagai pemimpin untuk bumi ini, khalifah fil ardh, justru menjadi koruptor fil ardh. Kita numpang tidur, numpang duduk, numpang kerja enak-enakan di bumi, tapi tak pernah berterimakasih pada bumi dan alam ini. Dia hanya minta kita jaga, jaga kebersihannya, biarkan pohon-pohon tumbuh subur, dan bawa juga bumi ini dalam setiap doa kita. Bumi kita juga butuh cinta. 

Allahu akbar!!

"Dan langit telah ditinggikanNYA dan DIA ciptakan keseimbangan, agar kamu jangan merusak keseimbangan itu. Dan tegakkanlah keseimbangan itu dengan adil dan jangan kamu mengurangi keseimbangan itu"