Jumat, 30 November 2012

Catatan Di Lembaran Pagi

Malam menjelang pagi, merangkak menuju bulan di penghujung tahun. Dalam sunyi aku mencoba mengais ingatan masalalu. Lembar demi lembar ingatan terbuka. Gambaran perjuangan hidup, merangkak setapak demi setapak yang terekam perlahan diputar kembali. Semua hidup kembali dalam ingatan. 

Seorang perempuan diatas sepeda motor hitam, dengan tumpukan kardus di jok belakang dan di depan, dia sungguh tak memperhatikan resikonya sendiri di jalanan nanti. Tak berpikir betapa itu berbahaya bagi dirinya, dia tetap tertawa lebar. Seakan tanpa beban, ia tak pernah berpikir lelah atas semua yang harus ia jalani, karena buatnya, pekerjaan ini adalah anugerah dari Yang Maha Kuasa, demi tanggung jawabnya atas dua orang buah hatinya. 

Aku tertegun. Mataku tak beranjak dari ingatan itu, kutatap lagi dengan seksama dia. Aku seperti mengenalnya, sayup sampai. Dan aku malu ketika tersadar, dia adalah diriku beberapa tahun yang lalu. Yang gagah perkasa menaklukkan sudut-sudut Yogyakarta, tanpa tangisan, tanpa kemanjaan. Dengan upah alakadarnya saat itu menjalani semua dengan penuh penerimaan dan rasa syukur. 

Beberapa tahun sudah berlalu, banyak yang terjadi. Aku coba mengaca ke dalam diriku saat ini, dan kudapati, kegigihanku, ketabahanku, kegagahperkasaanku nyaris tak kutemui. Terduduk seorang perempuan manja, cengeng,  mudah menyerah dan tak sungkan mengeluhkan keadaannya. Aku kah ini? 
Malu, betapa kenikmatan dunia kadang-kadang justru melemahkan jiwa. Terdiam, dan aku sadar, harusnya aku lebih banyak bersyukur atas semua berkah kehidupan serta berterimakasih kepada semua guru-guru kehidupan. 

~Terimakasih Tuhan atas malam ini ~