Selasa, 11 April 2017

Pondok Klaras Kuliner Jogja Yang Harus Dicoba

Makan sambil rileks, menu kuliner ndeso di Jogja yang harus dicoba

Yogyaku siang ini, matahari berbinar-binar diantara birunya langit, hingga mendungpun tersibak menjauh. Aku masih berada di antara belantara beton di tengah Kota Yogyakarta, ketika usus di perutku membunyikan sinyal laparnya. Kulihat jam di handphone, menunjukkan waktu untuk makan siang. Dan seketika aku juga teringat sebuah tempat makan yang baru dibuka yang letaknya tak terlalu jauh dari pusat kota Jogja, tempat yang menawarkan suasanya nyaman dan ragam makanan khas desa kesukaanku. Ah, sabar sebentar, setelah selesai tugas aku pasti meluncur kesana.

Bergegas. Setelah semua kubereskan, aku bersama seorang teman meluncur ke arah barat laut Yogyakarta, tepatnya di Desa Brengosan, Sumberadi, Mlati, Sleman. Hanya butuh waktu 15 menit dari pusat kota untuk menuju kesana. Beruntung sekali, tempatnya mudah dicari, kami hanya perlu  mencari perempatan Cebongan yang cukup familiar di Yogyakarta. Bisa ditempuh dari Jalan Magelang, nanti di KM 6, sebelum Makam Dr Wahidin Sudirohusodo, belok ke kiri, terus menuju  ke arah Barat hingga sampai ke perempatan Cebongan, lalu belok kanan. kira kira 300m dari perempatan tersebut, di sebelah kiri jalan. Tak sampai hitungan jam, kami sudah berada di Pondok Makan Klaras. Begitu masuk ke area Pondok Makan Klaras, kami disambut dengan keramahan pelayanan dan wow !! pemandangan sawah menghampar di sebelah barat,  suasana perkampungan nan asri, pepohonan hijau yang disuguhkan. pas sekali untuk merefresh dan merilekskan pikiran.

Pondok Klaras, Kuliner Jogja Yang Harus Dicoba
Saung yang nyaman untuk nglaras di Pondok Klaras
Setelah memilih satu saung (gubug) kami disambut dengan aneka menu tradisional. Menu desa, aneka dhaharan (makanan) dan wedangan (minuman) tradisional seperti mangut lele, sambel welut (belut), nila bakar, ayam goreng klaras, sayur lodeh, sayur lodeh jantung pisang, sayur lodeh kluwih, sayur bobor, sambel trasi, pete goreng, dan aneka jajanan tradisional. Dan siang ini pilihan kami adalah nila bakar, ayam goreng klaras, nila bakar, sambel trasi dan lodeh kluwih. Serasa pulang ke rumah Simbok.

Ayam kampung goreng nya enak, nila bakarnya juga enak
Menurut Mas Nova, salah satu manager Rumah Makan Pondok Klaras, rumah makan ini buka dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 19.00 WIB. Saat ini masih soft opening dan masih berbenah di beberapa sudut, termasuk akses jalan masuk sedang diperkuat untuk antisipasi membludagnya pengunjung rumah makan, mengingat lokasi yang strategis dan menu makanan yang benar-benar menjadi pengobat rindu akan makanan khas desa. Grand opening baru pada  tanggal 20 April 2017 nanti, namun monggo, sekarang sudah siap  di uji coba cita rasa menu kuliner ndeso  khas Jogjakarta



Sabtu, 25 Februari 2017

Membangun Indonesia Damai Bersama Tim Pojok Duta Damai

Indonesia damai, mari kita berupaya

22 Februari 2017, di salahsatu ruangan di Rumah Kreatif Jogja di daerah Sagan Yogyakarta, saya beruntung sekali karena mendapatkan kesempatan mengikuti acara "Mewarnai Indonesia melalui Kelas Blogging dan Menulis bagi Pemula". Dimana “Mewarnai Indonesia” merupakan Program Kerja Tim Pojok Duta Damai Dunia Maya BNPT Regional Jogja Tahun 2017 yang juga didukung oleh Dinas Komunikasi dan Informatika Daerah Istimewa Yogyakarta dan Dinas Pariwisata Sleman dan difasilitasi oleh Rumah Kreatif Jogja. Awalnya saya bertanya-tanya, apa hubungannya Tim Pojok Duta Damai dengan nge-blog yang baik, cara menulis yang baik? Namun tidak lama pertanyaan tersebut menari-nari di benak saya, pertanyaan saya segera terjawab dari penjelasan mbak Elizabeth Elzha salahsatu narasumber, menyampaikan bahwa Tim Pojok Duta Damai Dunia Maya berikutnya disebut Tim Pojok merupakan bentukan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Republik Indonesia yang ditugaskan di Jogja sejak tahun 2016. Tugas mereka adalah melawan aksi kelompok radikalisme dan terorisme melalui konten-konten positif di dunia maya (online) yang diunggah melalui portal www.pojok.dutadamai.id.

Menyimak penjelasan Mbak Elzha tersebut saya semakin bersemangat, karena seperti kita ketahui bersama, akhir-akhir ini banyak sekali konten di internet terutama, yang dengan mudah bisa diakses, padahal isinya provokatif, memecah belah dan menyebarkan hal-hal negatif. Sedangkan di era digital dan era keterbukaan seperti sekarang ini, tidaklah mungkin membatasi penggunaan internet bagi masyarakat, sehingga tepat sekali pilihan campaign penulisan konten-konten positif dan menyebarkan melalui akun media sosial pribadi khususnya melalui platform blog yang digagas Tim Pojok tersebut. 

Bisakah mengupayakan Indonesia Damai dari tulisan ? 

Bagi beberapa orang mungkin akan memandang sebelah mata upaya ini, tapi bagi saya pribadi sangat mendukung upaya-upaya untuk menegakkan kebaikan entah apapun bentuknya. Karena saya meyakini apa yang saya pelajari dari pembelajaran energi yang saya dapatkan melalui lembaga Spirit Of Universal Life bahwa, energi sejenis akan menarik energi sejenis, dan manusia meradiasikan pikirannya dalam bentuk energi ke alam ini, sehingga ketika kita memproduksi pikiran positif yang kita tuangkan sebagai konten dalam blog, maka kita juga telah meradiasikannya ke alam, dan otomatis ketika semakin banyak pikiran positif yang meradiasi ke alam, maka alam inipun akan terinfluence oleh energi positif dan akan menjadi lebih baik. Semakin banyak memikirkan kebaikan, kedamaian untuk Indonesia maka Indonesiapun akan mewujud menjadi negara yang damai, aamiin. 

Untuk bisa menuliskan sebuah konten yang positif dan damai tentunya kitapun sebagai penulis harus  benar-benar memahami tentang apa itu kedamaian, sebaiknya kitapun sudah merasakan kedamaian di dalam diri kita, sehingga ketika kita menuliskan tidak hanya sekedar tulisan saja, namun menjadi sebuah tulisan yang powerful, mengisnpirasi dan memiliki kekuatan mengubah pola pikir pembacanya menjadi seperti apa yang kita inginkan. 

Selanjutnya mari kita dukung program-program yang bertujuan positif, yang bertujuan membangun kedamaian Indonesia kita. 

Salam damai _/|\_

Kamis, 23 Februari 2017

Minggir Potensi Wisata Di Ujung Barat Sleman

Minggir sebuah tempat asri untuk berwisata

 


Kembali ke desa kelahiran saya di daerah kecamatan Minggir, Sleman, Yogyakarta adalah sebuah rekreasi, sebuah pertemuan kembali dengan masa kecil. Mengingat saat dahulu mandi di kali dan berlarian di pematang sawah adalah kegiatan rutin setiap pulang sekolah. Tidak peduli Bapak dan Ibu marah karena khawatir saya hanyut di sungai Van der Wijk yang cukup dalam, saya tetap mandi di kali bersama teman-teman, hampir setiap hari. Selayaknya anak desa yang tak pernah merasa kesepian dan tak pernah kekurangan bahan mainan, begitulah saya dahulu. 
Minggir Sleman Edi WibowoNamun selepas SMA rumah kami di daerah Balangan, Sendangrejo, Minggir dijual, lalu kamipun hidup berpindah-pindah, begitupun setelah menikah, saya lebih banyak tinggal di luar pulau, dari kota ke kota dengan segala hiruk pikuknya. 

Desa Wisata BrajanBeruntung masih ada nenek dan kerabat yang tinggal di daerah Minggir, sehingga paling tidak sebulan sekali saya masih bisa pulang sembari berwisata di Minggir. Wisata? Ya, berwisata bukanlah selalu harus datang ke tempat yang ada tulisannya "kawasan wisata" menurut orang kebanyakan, tapi bagi saya berwisata adalah ketika kita menemukan sebuah tempat yang tenang, jauh dari hiruk pikuk.
Sesekali saya menyempatkan wisata kuliner membeli iwak bebek bacem di pasar Balangan, slondok rasa bawang atau sekedar gatot dan tiwul. Di Minggir kita juga bisa menemukan desa Wisata Brajan yang memproduksi aneka kerajinan Bambu, lalu di desa Bandan, Plumbon dan sekitar Sendangsari kita bisa membeli tikar mendong, dompet mendong dan aneka barang dari mendong. 

Desa Minggir yang hijau sangat cocok untuk berwisata 

Minggir Sleman Edi WibowoMeskipun saat ini setahu saya masih sedikit sekali dikembangkan untuk pariwisata, namun saya yakin dengan potensi alam yang hijau karena Minggir adalah termasuk daerah penyangga pangan untuk Yogyakarta, dengan lahan sawah yang begitu luas, dan beberapa spot di Minggir memungkinkan pemandangan langsung ke Gunung Merapi, pegunungan menoreh dan berbatasan dengan Kali Progo, tempuran Kali Krasak, dan sebelah utara terdapat Buk Renteng yang merupakan bangunan irigasi peninggalan Belanda adalah merupakan spot spot yang dapat diandalkan untuk berselfie ria. Semoga suatu hari nanti Kecamatan Minggir akan menjadi alternatif wisata andalan Kabupaten Sleman, karena di Minggir potensi wisata trekking, bersepeda, wisata kuliner, bahkan arung arung jeram masih sangat terbuka untuk bisa dikembangkan
Yuk berwisata ke Minggir.

#wisatasleman




Selasa, 01 November 2016

Memahami Kebenaran

Dengan perkembangan media sosial akhir-akhir ini, masyarakat awam bisa begitu mudah menumpahkan segala pemikiran, idealisme, keyakinan, dan segala hal yang dianggap sebagai kebenaran. Berjuta-juta orang mengatakan hal yang menurut dirinya benar, lalu beberapa berdebat, saling tuding, dan adu argumen. 
Sebenarnya, bila yang dibicarakan adalah sama-sama kebenaran, mengapa terjadi pertentangan ?  

Teman saya, seorang dokter, pernah mengatakan tentang hal ini, beliau bercerita, “Ya, dulu waktu SD ketika ada orang bertanya kepada saya apakah sehat itu, saya akan menjawab, sehat itu ya nggak sakit. Lalu ketika sudah belajar ilmu kedokteran, sehat itu bukan sekedar tidak sakit, namun ada banyak kriteria sehingga seseorang bisa dikatakan sehat. Saat itu saya merasa definisi sehat yang saya pelajari sudah sempurna. Namun, ketika saya belajar ilmu pengobatan timur yang lebih holistic, kesehatan menurut ilmu kedokteran yang saya pikir sudah sangat sempurna, ternyata masih belum sesempurna definisi kesehatan menurut pengobatan holistic, dimana sehat adalah keseimbangan fisik dan jiwa. Bukan hanya fisik saja.”  “dari situ saya bisa memahami, tentang kebenaran itu bertingkat-tingkat”

Demikian juga bagi dunia ini, ketika kita hanya memahami kehidupan di bumi, maka, teori Newton yang mengatakan bahwa semua benda bila  jatuh akan menuju  ke bawah menuju bumi adalah benar. Namun, ketika umat manusia bisa keluar dari Bumi mencapai planet lain, maka kebenaran teori Newton itu sudah bukan kebenaran lagi. Diluar itu maka teori teori lain akan menjadi kebenaran, misalnya teori relativitas Einstein, teori  antigravitasi, dll

Ketika Anda memahami hal tersebut, tentu anda  akan tertawa, apabila melihat seorang ilmuwan fisika memarahi anak SMP, ketika anak itu ngotot, bahwa teori gravitasi berlaku sama persis untuk semua planet. Coba renungkan.  Saat kita ngotot, berdebat dengan orang lain, dan mengatakan bahwa orang lain itu bodoh, apa yang dikatakan salah, hanya karena kita merasa lebih paham. Atau kita mencibir orang yang baru paham bahwa beragama adalah supaya masuk sorga, sholat supaya tidak masuk neraka, padahal kita sendiri baru paham sedikit makna dan belum benar-benar menjalaninya. Karena orang yang mencibir orang lain, justru karena di belum benar-benar memahami kebenaran itu apa.

Saya teringat sebuah pengalaman, saat di bangku kuliah, saat itu saya baru bergabung dengan salah satu majelis kajian agama, seorang pengajar kajian agama menanyakan beberapa pertanyaan yang saat itu menurut saya agak aneh, dimana dia meragukan saya yang ingin mengikuti kajiannya,  karena cara berpakaian saya menurutnya tidak benar, cara bergaul saya menurutnya tidak benar, sehingga saya tidak dilibatkan, dan bahkan tidak layak bersalaman dengan beliau di saat teman lain diajak bersalaman.  Lalu saya pulang dengan sedih dan bercerita kepada paman saya. Beruntung, saya memiliki paman yang bijaksana, beliau hanya mengatakan, “Ya sudah, biarkan, dia baru melihat sungai lalu bersorak kegirangan, padahal dia belum melihat luasnya samudera.” Kata-kata itu demikian menenangkan saya, sehingga saya tetap belajar dimanapun pada siapapun yang mau mengajari saya hingga saat ini. Itu adalah pembelajaran saya yang pertama tentang kebenaran.

Pada akhirnya, pencarian saya tentang hal tersebut, terjawab dalam buku SOUL Reflection dimana di buku tersebut dikatakan bahwa, "Orang yang bijaksana paham bahwa kebenaran bersifat bertingkat. Ketika pemahaman kita baru pada tingkatan rendah kita menganggap hal itu benar, tetapi apabila kita memahami yang lebih tinggi lagi maka hal itu tidak lagi sebagai kebenaran bagi diri kita" 
"Lakukan proses pencarian kebenaran di dalam diri, terbukalah dengan ilmu pengetahuan, jangan menjadi fanatik yang berlebihan sehingga kita akan terbuka dengan kebenaran. Ingat, kebenaran akan datang apabila kita tidak menyimpan banyak kebohongan." (¹)

Mari merenung dan berbenah diri. Biarlah kita semua layak mengetahui kebenaran sejati

(¹) Arsaningsih 2014, SOUL Reflection Vol I hal 145

Syukru lillaah & Terimakasih kepada Bunda Arsaningsih yang telah membimbing, Om Ajib Setyabudi Bapake Tama, dr. Rastho Mahotama, yang telah menginspirasi. Salam cinta.

Sabtu, 25 Juni 2016

Kehidupan Menarik Kehidupan

"Aku tidak tahu bagaimana menemukan kehidupan di padang pasir," kata si anak. "Aku tahu ada kehidupan di sana, tapi entah bagaimana menemukannya."
"Kehidupan akan menarik kehidupan," sahut sang alkemis.

The Alchemist by Paulo Coelho
"Kehidupan akan menarik kehidupan." ya, terkadang kita merasa galau ketika mendapati diri kita berada pada satu lingkungan yang tidak nyaman, merasa dicuekin, merasa jutekin, merasa "kenapa sih orang ini kok kalau sama aku kasar?". Padahal, apabila kita memahami, di alam ini berlaku hukum sejenis menarik sejenis, bagaimana diri kita, maka itulah yang akan kita temui. 

Seseorang yang penuh kemarahan dan kekecewaan dalam hidupnya, maka (orang jawa bilang ndilalah) dia akan ketemu orang-orang yang nyusahin. Dan orang-orang yang dalam dirinya sudah penuh kedamaian, akan bertemu juga dengan orang-orang yang sama.

Lantas bagaimana bila kita sudah "merasa" jadi orang baik, tapi kok masih bertemu orang-orang yang "nyebelin"?, simpel saja, berarti kitapun belum sepenuhnya baik. Karena ukuran baik disini bukan hanya diukur dari tampilan fisik dan yang kelihatan saja, namun diukur jauh sampai kedalam simpanan di pikiran bawah sadarnya.

Terkadang orang tidak mengenali dirinya dengan baik hingga di kedalaman dirinya, sehingga pada saat dia merasa baik dan lalu bertemu dengan orang lain yang menurutnya jutek, pemarah, lantas malah sibuk mengoreksi orang-orang disekitarnya. Orang tersebut tidak mengerti bahwa orang yang datang itu sesuai dengan apa yang ada dalam diri kita.

Jadi, yuk mulai kenali diri kita sendiri, jujur pada diri sendiri, lebih banyak melihat ke dalam diri dan menerima semua yang datang sebagai cerminan apa yang ada dalam diri kita sehingga kita bisa terus memperbaiki karakter kita. Memahami bagaimana hukum alam ini bekerja, dan mengenali diri kita sendiri, sehingga mampu menyelaraskan diri sesuai dengan kehendak Tuhan, akan membuat kita hidup penuh keindahan.
Dan, "Keindahan di dalam diri akan menarik keindahan dari luar datang," demikian menurut Bunda ArsaningsihFull

Kamis, 16 Juni 2016

Alangkah Indahnya !

Diluar sana, seperti berada ditengah badai gurun, meskipun kau bisa pulang dengan selamat, seluruh tubuhmu akan kotor dengan debu. Kau perlu mandi dan membersihkan semua sisa kotoran itu. 

Bagi yang bisa merasakan, saat kita berada diluar bersama-sama dengan banyak orang, mirip dengan berada di tengah badai gurun, tapi disini lebih kepada badai energi, badai yang dihasilkan oleh aneka gelombang pikiran kecemasan, kekhawatiran, emosi, kebencian dan sebagainya. 
Terkadang, sesampai di rumah, tiba-tiba kita merasakan ketidak nyamanan perasaan, padahal kita rasanya tidak memikirkan apapun, tidak berbuat apapun, tidak melakukan apapun. Disinilah diperlukan awareness tentang apa yang ada disekitar kita. Kita perlu menyadari, bahwa badan kita tidak melulu fisik ini saja. Namun kita memiliki tubuh energi, yang bisa  secara tidak sadar terpengaruh dari lingkungan sekitarnya, karena getaran frekuensi negatif yang dihasilkan oleh pikiran-pikiran negatif diluar sana bisa meresonansi tubuh energi kita. Bila kita teresonansi dengan cukup kuat, misalnya dengan frekuensi kemarahan maka bisa jadi sesampai di rumah tiba-tiba kita uring-uringan. Pastinya ini membuat kita dan orang disekitar kitapun menjadi tidak nyaman. 

Lantas, kita pasti berpikir. Bagaimana sebaiknya, atau apa yang harus dilakukan bila tiba-tiba mood kita berubah tanpa kita sadari "kenapa"nya seperti diatas? 

Jawabannya adalah yang pertama tentu dengan menyadari, mengapa kok tiba-tiba muncul rasa yang tidak nyaman. Lalu lakukan upaya untuk membersihkan diri dari energi negatif yang mengkontaminasi diri kita. Ada satu cara yang manjur untuk itu, yang biasa saya lakukan yaitu metode yang pernah saya pelajari saat mengikuti workshop SOUL Reflection. 

Dalam workshop tersebut semua hal tentang frekuensi energi yang mempengaruhi tubuh kita, dikupas tuntas. Di dalamnya kita diajak mengenali lebih dalam mengenai diri kita, bagaimana kita bereaksi terhadap lingkungan sekitar kita, bagaimana kita mengendalikan diri dan bagaimana tahap-tahap yang harus kita lakukan untuk memurnikan diri kita kembali supaya kitapun kembali dalam kondisi damai, tidak terpengaruh sekitar kita. 

Ah, saya berangan-angan, seandainya saja, setiap orang aware dengan dirinya, sehingga emosi emosi negatif tidak lagi merajalela, setiap orang hidup penuh dengan ketenangan dan kedamaian, alangkah indahnya !

#ngesoul_yukk

Sabtu, 30 April 2016

Pelajaran dalam Setiap Perjalanan

Setiap perjalanan selalu memberikan pelajarannya masing masing.  

Seperti halnya perjalanan-perjalananku sebelumnya, demikian juga kali ini,  Surabaya-Yogya yang kesekian kalinya aku tempuh, mengajarkan tentang sesuatu hal. 

Aku cukup beruntung mendapatkan tempat duduk favoritku, di belakang supir persis, aku suka karena biasanya ruang gerak kaki lebih lega, dan tentu pandangan mataku tak jauh beda dengan ketika aku mengemudikan sendiri kendaraanku, karena mengemudi adalah salah satu kegiatan yang menyenangkan bagiku. Ransel aku taruh di bawah, menutup ac, memasang headset, lalu aku melihat tempat dududk di sebelahku yang masih belum terisi penumpang sambil berdoa dalam pikiran saya, “Ya Tuhan mudah-mudahan nanti yang duduk di sebelah saya orangnya asyik.”  Di Terminal Bungurasih malam itu cukup banyak calon penumpang yang mengantri masuk, satu persatu naik ke bus dan memilih tempat duduknya masing-masing, hampir penuh, tapi sebelahku belum juga ada yang duduk, hingga akhirnya ada seorang ibu dengan perawakan agak gemuk berkaus merah dan celana ¾ santai seperti biasanya ibu-ibu yang biasa naik bus, dia bertanya, “ kosong ini mbak?” “Oh, iya bu, kosong silakan..” Aku mempersilakan beliau duduk, sambil sekilas melihat tas kantong kain yang dibawa. Lalu aku asyik menonton streaming online acara talent search di televisi yang sedang seru. Kebetulan aku lagi suka banget karena coaches acara itu memang singer keren dan legendaries. 

Sejenak aku asyik dengan gadgetku, dan kulihat ibu sebelah juga sibuk dengan handphonenya. Aku duduk santai banget, cenderung koboi malah, satu kaki kutumpangkan diatas ranselku dan aku sadar aku belum berbicara lagi dengan sebelahku hingga acara streaming diinterupsi oleh iklan.   “Tujuannya kemana ibu?” Beliau dengan ramah menjawab, “ke Jogja Mbak, Mbak kemana?” “Saya ke Jogja juga, ibu tujuannya kemana Jogjanya?” “Saya kurang tahu alamatnya,” “Oh, nengok saudara atau liburan bu?” aku nanya sok tahu. “ Saya mau ngisi seminar mbak, kebetulan saya ahli dalam penanganan gigitan ular.” O..o… sejenak aku terperangah, hah,,, pikiranku spontan berbuah pertanyaan, “ ibu pawang ular?” “Bukan mbak, saya dokter.” Aku masih meneruskan sok tahuku (kalo inget malu banget), “ ooh, ibu dokter hewan?”  dan akhirnya ibu dokter itu dengan sabar menjawab aku, “saya dokter manusia mbak, saya dokter umum yang mengambil spesialis kegawat daruratan, kebetulan saya satu-satunya dokter yang mendalami tentang gigitan ular dana penanganannya, “ bla…bla… bla…. Beliau bercerita panjang, bahwa beliau mengawali karir sebagai kepala Puskesmas di Bondowoso, Jawa Timur lalu  sempat di RSUD setempat, dan sekarang berdinas di Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur di Bagian Penanganan Bencana, dan beliau adalah salahsatu perwakilan WHO. Nah, beliau ke Jogja ini dalam rangka memberikan seminar ttg Penanganan Gigitan Ular di Fak Biologi UGM. Ups…. OMG. Mungkin Bu Dokter, yang malam itu, di bis itu tidak mau aku panggil Dok, itu melihat ke-melongo-anku langsung menjelaskan, “Saya tadi  sebenarnya sudah disediakan tiket kereta api, tapi karena saya harus rapat dulu dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Jatim, dan baru selesai rapat jam 19.00, sehingga saya ketinggalan kereta. Tapi bagi saya tidak masalah, toh kalau diluar pulau sudah biasa naik kendaraan seadanya, kadang dulu di Kalimantan malah numpang truk.” “oh, begitu ya Dok…” jawabku. “Jangan panggil Dok, panggil saja Mbak Ma, “ kata beliau.

Maka perjalanan Surabaya –Jogja selama kira-kira tujuh jam itu menjadi perjalanan yang sangat asyik, kami berbicara segala hal, mulai dari bisa ular, gigitan ular hingga penanganan kebencanaan di negeri ini. Banyak sekali pengetahuan aku dapatkan dari Ibu Dokter Maha (Nama Beliau).  Dan kami sepakat, bahwa banyak kegawat daruratan dalam bencana juga diakibatkan oleh peran karakter orang-orang yang kurang bagus dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Seperti penanganan yang asal-asalan, mentality yang money oriented, dan sebagainya. Menarik sekali. Dan yang pasti, aku yakin, ini bukan suatu kebetulan. Ini adalah jawaban dari do’a saat sebelum berangkat tadi, sebelah saya orangnya asyik. Thanks GOD. Tak henti bersyukur sepanjang jalan, bahwa begitu baiknya Tuhan.  Pelajaran pertama yang kupahami. 

Setelah rehat di Ngawi, bis kembali berjalan menuju Jogja, setelah beliau mempersilakan aku untuk datang di acara seminar beliau besok di UGM lalu Ibu Dokter beristirahat setelah menurunkan sandaran kursinya. Aku belum bisa tidur. Lalu aku sadar, betapa rendah hatinya beliau, dan aku merasa sangat malu pada diriku sendiri. Saat itu aku langsung  teringat tentang pelajaran rendah hati yang sudah sangat seringkali diajarkan guruku, OMG, ini rupanya pelajaran rendah hati yang ditampilkan dalam versi yang benar-benar tak terpikirkan olehku. Dalam hati aku berkata, Tuhan terimakasih pelajaran ini, dan aku juga berterimakasih sekali pada guru yang mengajarkanku tentang kerendahhatian. 

Pukul 04.00 wib sampailah kami di Jogja, namun kami turun di pemberhentian yang berbeda, aku turun terlebih dahulu. Ibu Dokter dengan keramahan beliau kembali mengundangku untuk datang di seminar beliau. Sesampai di rumah aku masih memikirkan kejadian barusan. Untuk memuaskan penasaranku, aku browsing tentang dokter Maha, dan aku kembali terkaget kaget, memang nggak main-main, ternyata beliau adalah dokter spesialis emergency yang sudah bergelar doktor. Oke, aku memutuskan, untuk datang di acara beliau siang nanti.

Sabtu siang, menjelang berangkat ke seminar, aku membeli buku SOUL Reflection, aku berniat memberikan buku ini kepada beliau sebagai wujud terimakasih atas pengetahuan-pengetahuan baru yang beliau bagikan dan terutama tentang pelajaran rendah hati yang bisa aku petik dari beliau. Kenapa SOUL Reflection yang aku pilih, ya, karena aku merasa buku ini sangat cocok dengan perilaku yang beliau tujukkan.

Di Auditorium Fakultas Biologi siang itu, aku kembali melihat sosok beliau yang begitu berwibawa di depan audience, begitu expertnya beliau. Dari pojok belakang, aku berbisik dalam hati, Terimakasih pada Tuhan dan terimakasih pada guruku yang selalu mengajarkan agar kami selalu menjadikan siapapun yang kami temui sebagai guru-guru kehidupan juga, terimakasih karena hari itu aku benar-benar belajar tentang kerendah hatian dari seorang yang telah memiliki jabatan birokrat  yang dengan santai mau naik kendaraan umum tanpa keluhan, dan tetap ceria sepanjang perjalanan. Biarlah semakin banyak pemimpin bangsa kita yang berkarakter budiman dan rendah hati, yang benar-benar mengabdikan jabatannya untuk kemanfaaatan banyak orang. Aamiin.

with all respect & thanks to Dr. dr. Tri Maharani, MSi.,SpEm