Sabtu, 31 Mei 2014

1 Juni dalam Do'a Pagi

Ingatkah? Hari itu mata tak juga terpejam, masih memilah kata demi kata hingga menjadi baris baris kalimat yang jauh lebih kokoh dari barisan bebatuan. Demi apa? Demi sebuah jati diri bagi bangsa ini.

Ingatkah? Rasanya tidak. Nampaknya hanya beberapa gelintir yang ingat dan masih memahaminya, berjuta juta yang lain, bahkan nyaris hanya mengenalnya sebagai hiasan di dinding sekolah mereka dulu. 

Hari ini fajar pertama, tanggal yang sama dengan saat ketika dia sang perumus meletakkan fondasi bangsa. Fondasi itu masih ada, meski sedikit dimakan rayap kekotoran nafsu kemarahan, kekuasaan, keserakahan, hingga menggoyahkan bangunan bangsa ini. Alangkah sedihnya melihat mereka masih juga tertidur dari kesadarannya. 

Hei pagi telah menjadi riuh!! Fajar telah menyingsing, fajar pertama, tanggal yang sama dengan saat ketika dia, sang perumus meletakkan fondasi bangsa. Ayo kita berbenah, bersihkan semua. 
Jangan menjadi rayap untuk rumahmu sendiri !! 

Sayup terdengar do'a di awal pagi, "Oh, Tuhanku, mohon ijinkan, biarlah di hari ini semua menjadi ingat dan memahami kembali, filosofi indah bangsa di tanah surga ini. Kembali pada pelukan ibu pertiwi dan menjadikan diri kami sebagai abdi abdi-Mu, yang menyerahkan seluruh hidup untuk-Mu dan berpasrah segala harap hanya pada-Mu. Biarlah para pemimpin kami mampu memimpin dengan kebijaksanaan dan bangsa kami mampu untuk saling mencintai, saling tenggang rasa dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.."


" ...di timur matahari mulai bercahya
bangun dan berdiri kawan semua
marilah mengatur barisan kita
pemuda pemudi Indonesia..."




Senin, 26 Mei 2014

Shalat Berkesadaran ( Satu Kritik untuk Diri Sendiri )

Malam ini, seribu tigaratus sekian tahun yang lalu, umat muslim mengenal dengan peristiwa Isra' Mi'raj, yaitu satu perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam untuk menerima perintah Ilahi. Karena sudah lewat melampaui 13 abad lebih, maka kejadian itu dipahami dalam berbagai versi. 

Terlepas dari berbagai pendapat para ahli agama, disini saya sebagai bukan ahli agama, namun saya berusaha memahami agama semampu saya (boleh dibenarkan bila salah :-) ). Buat saya, yang pasti pada saat Isra' Mi'raj itulah Allah memerintahkan kepada Muhammad agar pengikutnya melaksanakan shalat. Shalat yang dimaksud adalah untuk sarana pembersihan diri, lalu menancapkan kesadaran ilahiah kedalam ruh kita, agar nantinya manusia ini menjadi manusia yang sebenar benar manusia, yang terhindar dari perbuatan/dan berbuat keji dan munkar/buruk. 

Namun berjalannya waktu pemahaman yang terjadi tentang shalat inipun menjadi bertingkat tingkat, mulai dari tingkatan shalat sebagai ritual wajib yang dilakukan lebih dikarenakan ketakutan akan "hukuman" bila tidak melaksanakannya, dan pamrih agar bila melaksanakan nanti mendapatkan "sesuatu" yang menyenangkan. Biasanya yang begini, dia melakukan shalat sekadar gerakan dan hafalan bacaan tanpa memahami artinya. Dan shalat dalam tingkatan tertinggi adalah sebagai pembinaan diri, shalat khusyuk, shalat yang benar benar berkesadaran, memahami apapun do'a yang diucapkan dan menanamkan kesadaran hingga ke seluruh sel sel tubuhnya. Tidak ada yang salah dengan berbagai tingkatan itu, karena semua memang menjalani sesuai dengan pemahaman yang dicapainya. Namun tentu saja nantinya "imbalan" yang didapat juga akan sesuai dengan tingkat pemahamannya. (menurut logika saya)

Yang menjadi masalah adalah salah kaprah di masyarakat, ketika seseorang yang rajin melakukan "shalat" lalu berbuat dzalim, atau orang tersebut terus menerus ditimpa kemalangan, terkadang dengan mudah orang menuding dengan, "halah percuma shalat jengkang jengking, tetap aja begitu." seakan akan shalat itu tidak ada fungsinya. Padahal bila mau kita cermati lebih dalam, pasti ada yang belum pas dengan shalatnya.  Karena tidak mungkin Allah, yang mampu menciptakan alam semesta dengan begitu agung, yang mampu menciptakan sel sel tubuh dan organ dengan begitu cermat, bisa salah membuat metode shalat, iya kan? Justru seharusnya, bila shalatnya benar maka hidupnya pasti akan benar, karena kesadaran sel selnya terbangun dari do'a do'a yang dipanjatkan sepanjang waktu. 

Marilah, Allah sudah memberikan methode-Nya, membuka saluran pribadi-NYA untuk membuat kita bisa terhubung, mengakses channel-NYA, ini adalah sesuatu yang sangat berharga yang seharusnya sangat disyukuri setiap yang mengikrarkan diri sebagai ummat Muhammad. 

Sekedar berbagi dan mengenali peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad lalu mensyukuri atas apapun karunia Allah untuk kita. Dan kebenaran adalah milik Allah semata. 
Assalamu'alaykum Warakhmatullaah Wabarakatuh.

Senin, 05 Mei 2014

Senyuman Embun Pagi

Antara malam dan siang, terselip keindahan pagi yang seringkali terlewat begitu saja. Beruntungnya jiwaku, menemukan seorang Guru yang mengingatkan tentang berharganya waktu. "Pagi hari merupakan saat kita menyusun rencana kerja harian kita dengan lebih terarah dan setelah kiya menyusunnya, kitapun mempersembahkan rencana kerja kita kepada Tuhan untuk mendapat berkat dan rahmat Tuhan sehingga semua dapat berjalan dengan lancar." Dan pagi inipun dengan segenap kesadaran, aku ikhlas membuka mata pada pagi yang masih gulita, bersyukur dan mempersembahkan sepanjang hari ini untuk berkarya dan mengabdikan hidupku sepenuhnya untuk Sang Maha Pencipta. 

Subuh hari ini terasa nikmatNya begitu agung, meski disini telingaku tak mampu menangkap lantang gema adzan, namun panggilanNya menggema dalam semestaku. Menyentuh kilau beningnya air wudhu pagi, menggugah sepenuh kesadaran. Menghampar sajadah bersiap pada satu pertemuan indah. Tak ingin kuberanjak dari sujud pagi ku, meresapi semua makna cinta dalam firman firmanNya. 

Lewat kata dalam do'a menyentuh lembut jiwa jiwa,  berkirim shalawat dan salam, bersenandung harap segala kebaikan memenuhi sepanjang hari kedepan. Mensyukuri keindahan pagi, titik titik embun, merekahnya mentari pagi, kokok ayam dan kicuan burung, alam semesta berbahagia bersama pagiku hari ini.

Sungguh beruntungnya jiwa ini, manakala membuka mata dan menemukan Sang Pencipta sebagai satu satunya yang pertama kali harus disapa dan dtemuinya. Gerbang hari ini pun terbuka dan tersenyum ramah menyambut kita dengan penuh cinta. 

Aku beranjak dan menggenapkan bangun pagiku dengan seduhan secangkir kopi panas. Alangkah indahnya!