Senin, 23 Juni 2014

Ketukan Kesunyian

Tanpa mengetuk pintu, tiba-tiba sekelumit gelisah mengusik diamku. Terbersit sendu sebuah perpisahan. Bayang kehangatan canda, ketulusan dalam setiap senyuman yang harus direlakan tuk ditinggalkan. Berontak dalam keheningan. Akankan sepi? Jalanan sunyi terasa membentang menunggu dilewati. 

Tak lama. Tak kubiarkan rasa merajalela, merenggut damai. Tak ingin damai yang kubangun sekian lama terkoyak sia-sia. Aku pulang dengan diam. Bertanya pada Sang Pemilik Kesunyian. "Haruskah ini direnggut dari hidupku? Haruskah keindahan ini berakhir sedemikian cepatnya?"

Sunyi tetaplah sunyi, tanpa suara. Namun dalam sunyi ada jawaban, nun di dalam sana. Perlahan, aku mencoba menghampar pemahaman.

"Ketakutan akan kesendirian adalah suara keterikatan, keinginan memang selalu berteriak lantang mengharapkan kenyamanan, bermalas malasan. Seharusnya kau paham, bahwa kesedihan hanya terjadi karena masih terikat pada ego yang dibiarkan membelenggu, maka lepaskan belenggu itu, agar ringan langkah ke depan. Serahkan semua kehidupan pada Sang Maha Kuasa, maka tak ada alasan untuk merasakan apalagi mengatakan kesedihan ketika harus meninggalkan tempat dimana diri merasa nyaman. Semua tempat adalah milik Sang Pemilik Kehidupan. Semua tempat adalah wahana untuk bekerja dengan giat sebagai pengabdian pada Sang Pemilik Kehidupan. Semua tempat adalah ladang tempat menanam dengan penuh ketulusan, dan menyerahkan semua hasil panen pada Sang Pemilik Kehidupan. Seluruh daratan di sepenjuru muka bumi adalah sajadah tempat bersujud menyerahkan sepenuh kehidupan. "

Dengan memahami hakikat hidup adalah pengabdian, pelayanan dan berserah dengan segenap kerelaan dan keikhlasan dimanapun tempat, maka seharusnya diriku senantiasa berbahagia dimanapun jiwa ini berkarya. Karena yang membuat satu jiwa menjadi berharga bukanlah seberapa hebat keinginannya mampu diwujudkan, namun seberapa hebat ia mampu menundukkan keinginannya dan berserah pada kehendak Tuhan.

Perlahan, belenggu kesedihanpun mulai merenggang, diriku terbebas, tersenyum lepas dan berbahagia. Kidung malam kembali terdengar indah menemani kesunyian, karena dalam sunyi aku tahu, aku tak pernah sendiri. Terimakasih Tuhan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar