Senin, 26 Mei 2014

Shalat Berkesadaran ( Satu Kritik untuk Diri Sendiri )

Malam ini, seribu tigaratus sekian tahun yang lalu, umat muslim mengenal dengan peristiwa Isra' Mi'raj, yaitu satu perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam untuk menerima perintah Ilahi. Karena sudah lewat melampaui 13 abad lebih, maka kejadian itu dipahami dalam berbagai versi. 

Terlepas dari berbagai pendapat para ahli agama, disini saya sebagai bukan ahli agama, namun saya berusaha memahami agama semampu saya (boleh dibenarkan bila salah :-) ). Buat saya, yang pasti pada saat Isra' Mi'raj itulah Allah memerintahkan kepada Muhammad agar pengikutnya melaksanakan shalat. Shalat yang dimaksud adalah untuk sarana pembersihan diri, lalu menancapkan kesadaran ilahiah kedalam ruh kita, agar nantinya manusia ini menjadi manusia yang sebenar benar manusia, yang terhindar dari perbuatan/dan berbuat keji dan munkar/buruk. 

Namun berjalannya waktu pemahaman yang terjadi tentang shalat inipun menjadi bertingkat tingkat, mulai dari tingkatan shalat sebagai ritual wajib yang dilakukan lebih dikarenakan ketakutan akan "hukuman" bila tidak melaksanakannya, dan pamrih agar bila melaksanakan nanti mendapatkan "sesuatu" yang menyenangkan. Biasanya yang begini, dia melakukan shalat sekadar gerakan dan hafalan bacaan tanpa memahami artinya. Dan shalat dalam tingkatan tertinggi adalah sebagai pembinaan diri, shalat khusyuk, shalat yang benar benar berkesadaran, memahami apapun do'a yang diucapkan dan menanamkan kesadaran hingga ke seluruh sel sel tubuhnya. Tidak ada yang salah dengan berbagai tingkatan itu, karena semua memang menjalani sesuai dengan pemahaman yang dicapainya. Namun tentu saja nantinya "imbalan" yang didapat juga akan sesuai dengan tingkat pemahamannya. (menurut logika saya)

Yang menjadi masalah adalah salah kaprah di masyarakat, ketika seseorang yang rajin melakukan "shalat" lalu berbuat dzalim, atau orang tersebut terus menerus ditimpa kemalangan, terkadang dengan mudah orang menuding dengan, "halah percuma shalat jengkang jengking, tetap aja begitu." seakan akan shalat itu tidak ada fungsinya. Padahal bila mau kita cermati lebih dalam, pasti ada yang belum pas dengan shalatnya.  Karena tidak mungkin Allah, yang mampu menciptakan alam semesta dengan begitu agung, yang mampu menciptakan sel sel tubuh dan organ dengan begitu cermat, bisa salah membuat metode shalat, iya kan? Justru seharusnya, bila shalatnya benar maka hidupnya pasti akan benar, karena kesadaran sel selnya terbangun dari do'a do'a yang dipanjatkan sepanjang waktu. 

Marilah, Allah sudah memberikan methode-Nya, membuka saluran pribadi-NYA untuk membuat kita bisa terhubung, mengakses channel-NYA, ini adalah sesuatu yang sangat berharga yang seharusnya sangat disyukuri setiap yang mengikrarkan diri sebagai ummat Muhammad. 

Sekedar berbagi dan mengenali peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad lalu mensyukuri atas apapun karunia Allah untuk kita. Dan kebenaran adalah milik Allah semata. 
Assalamu'alaykum Warakhmatullaah Wabarakatuh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar