Sabtu, 30 April 2011

It's Part of TOPTEN !!!

Indah Suciati, namanya bagus banget, dari dulu aku suuukkkaaaa dengan namanya... mencerminkan yg punya nama ... , sekarang Indah berprofesi sebagai Perawat di Puskesmas Nanggulan, Kulonprogo. Yustina Devi Ardhiani, biasa kami panggil Ived, sekarang masih tetep kueeeeciiilll, tapi sekarang meskipun masih juga kecil kayak dulu, Ived udah punya anak kecil..hehehe, anaknya umuran 1 tahun, dan Ived menjabat dosen di Univ Atma Jaya Yogyakarta ( eeehh, salah nggak ya? atau di Sanata Dharma ya? hehehe), Elisabeth Ida Purwanti, nah kalo ini temenku yang paling ayu, lha kalo cuma Riyanti Chartwright aja lewat dehhhh, sekarang Ida domisili di Jakarta, dan menjadi Guru Bahasa Inggris dan yang jelas masih tetep ayu.( Muridnya pasti bilangnya gini : dduhhh, guruku cantik sekali...).  Rina Khusnawati adalah aku, yang paling item, tomboy dan geje. (No comment aja deh...hihihi). Cewek kelima yg gada di foto adalah Caecilia Kusumastuti yang bersuara merdu, mmm sekarang kayaknya dia masih tetap berada di desa Minggir  kami yang tercinta, dan menjadi guru juga... (duuh, temen2ku alim2 dan berprofesi mulia semua ya... aku kok geje dewe nih...)

And then, another part of TopTen is about the boys... tapi aku lagi malas nulis tentang mereka... hehehe, yang jelas pastinya mereka, 5 cowok itu, sudah menggendut, jadi om-om dan tidak imut lagi seperti dulu... hahahaha......

Rabu, 27 April 2011

Bersimpuh padaMU

Memijak di rerumputan,
memandang nun di kejauhan, 
aromamu tak lagi lekat.
Aku tak mampu lagi berkata-kata.
Tak tahu lagi masih berartikah secuil beritaku. 
Sedangkan aku tak mampu lagi menggubah bayang-bayangmu dalam gumpalan otakku, 
karena ragaku sudah sedemikian lelah mengejar hari. 
Kesemuan menghampar, 
memberikan segala hal tentang kegalauan. 
Meluntir, meliuk liuk, ingatan berkelebat simpang siur, 
seperti lakon drama tanpa alur. 
Hingga saat aku menemukan diriku bersimpuh pilu, 
Allahku hanya Kau yang tak pernah nampak namun selalu ada untukku,
aku bahagia merasakan kasihMU yang tak pernah semu.

Selasa, 26 April 2011

simphony jiwa


Ibarat dalam sebuah kolaborasi pementasan musik, maka engkaulah conductornya, dan aku adalah seorang pemain musik yang engkau pilih. Beratus-ratus lagu kita pentaskan, hingga kita nyaris terhanyut, hidup dalam iramanya, seakan-akan tak ingin berhenti bersimphony, tak pernah terasa lelah, mengesampingkan semua hal tentang kehidupan, hingga saat engkaupun tersadar, khawatir musik ini akan membunuhmu. 

Aku adalah pemain musikmu, engkaulah conductornya. Engkau pemegang iramanya, ketika tanganmu melambai tanda mulai, aku mainkan musikku, dan ketika engkau berhenti, aku berhenti. Ketika engkau menghendaki musik ini dimainkan lagi, aku akan memainkannya dengan harmoni penuh penjiwaan, dan ketika kau beri tanda aku harus berhenti aku akan diam. Begitulah. Karena aku pemain musikmu dan engkaulah conductornya.

Hingga saat kau tidak sanggup lagi lagi memberikan aba-aba, karena kau ingin musik yang tak berguna ini dihentikan saja, agar tak larut dalam rintihan melodinya, atau agar  tak terbawa euphoria musikalitasnya. Tak perlu kau ragu, aku akan patuh, segera aku akan berhenti memainkannya. Karena seorang pemain musik akan mengikuti aba-aba conductornya.  

Easy going, itu jalan yang aku pilih saat ini, karena itu jauh lebih mudah buatku untuk menjalaninya. Karena sudah cukup kehidupan ini mengajariku tentang kepahitan hidup akibat kekecewaan. So, make it simple and don’t think so. Menyederhanakan hidup, jauh lebih mudah buat aku. 

Jangan khawatirkan tentang aku, mainkan saja musik terbaikmu, dengan atau tanpa iringanku, komposisi yang kau mainkan tetap akan merdu. Biarkan diriku. Karena  buat aku menjalani kembali sunyi hidup. Menikmati setiap tarikan nafas yang masih bisa aku hirup, adalah sebuah melodi tersendiri. 

Terimakasih telah bersama-sama memainkan musik kehidupan yang indah bersamaku, dan bila kini dirasa cukup, maka cukuplah. Berjalanlah, lakukan yang terbaik, yang terbaik buatmu pasti baik juga untukku. Go on.

Jangan bersedih..no..no..no….. please don’t be sad, because life is simple. Easy come easy go, just enjoy whatever happen. Hidup ini pendek sekali, rugi bila hidup harus bersedih. Karena sudah cukup kehidupan ini mengajariku tentang kepahitan hidup akibat kekecewaan. Jadi, aku akan tetap tersenyum dengan atau tanpa iramamu. Karena setiap  tarikan nafas yang masih bisa aku hirup, adalah sebuah melodi tersendiri.

Rabu, 06 April 2011

Petunjuk Kehidupan


Menuju satu abad yang belum bernama, menuju satu harapan yang terjanji oleh Sang Pemilik Segala. Aku terseok ditengah perjalanan, dihempas badai, dibakar matahari, membeku oleh hujan es lalu hancur berkeping-keping oleh sambaran petir. Tapi aku belum mati. aku masih menjalani kehidupan, compang camping dan berbau karena aku berkubang dalam limbah kehidupan yang carut marut tanpa tatanan, hal hal busuk dan munafik yang bertebaran, manusia menyembah maha keuangan. Menggadaikan keayuan ciptaan Sang Pemilik Segala dengan lembar lembar kertas yang dijuluki uang, menukarkan harga kemanusiaan dengan recehan logam yang juga dijuluki uang. Wahai, seratus truk tronton uangpun tak pernah bisa menukar harga keagungan ciptaan Sang Pemilik Segala, tapi lihat, betapa bodohnya manusia, membiarkan dirinya diperbudak oleh ciptaannya sendiri, menghamba pada lembar-lembar kertas. Alangkah meruginya.

Ketika secercah cahaya itu datang, sebenarnya sangatlah terang benderang bagi mata yang bisa menatap. Cahaya diatas cahaya, yang membuat mata bisa melihat satu petunjuk kehidupan yang tak ada keraguan didalamnya, yang akan membawa kita pada satu jalan menuju satu kehidupan indah yang dijanjikan oleh Sang Pemilik Segala, satu abad yang belum bernama. Kusadari Sang Pemilik Segala memberiku mata yang sempurna, namun terkadang kebodohanku yang terlalu sibuk dengan basa basi busuk duniawi yang tiada habisnya, menghalangi mataku melihat cahaya itu. Tanpa cahaya, bagaimana aku bisa membaca petunjuk kehidupan?? Alangkah bodohnya. Alangkah meruginya.