Tanpa arah yang pasti berputar-putar, akhirnya masih ada juga kedai yang buka. Didepan masih ada beberapa anak muda yang begadang. Kami masuk dan memilih tempat. Tempat yang nyaman, eksotis, dan seharusnya juga romantis. Namun malam ini tidak. Aku memilih membeku. Kecewaku padamu begitu dalam. "Espresso" jawabku singkat ketika memilih menu. Yang lain-lain hanya aku jawab dengan gelengan kepala. Secangkir Espresso terhidang dan kau bertanya, "kenapa pilih itu, dikit banget kan" "ya, tapi caffeinnya paling tinggi" jawabku singkat. "kenapa??" tanyamu, "karena aku suka" aku kembali menjawab singkat. Dalam hati terucap olehku "Sayangku, kau tak pernah tahu, aku pilih ini sebenarnya karena secangkir Espresso inilah ekspresi tentang kita, mewakili semua kepahitan dan kekecewaanku padamu, namun sekaligus disitu aku mencecap manisnya cintamu. Menikmati pahit manis espresso adalah menikmati hidup ini"
Berjam-jam dalam diam. Hanya duduk, bahkan uluran tanganmupun kutepiskan. Rasa kecewa begitu menguasai diriku, kupalingkan wajahku tak hendak menatapmu.
Satu bisikan dalam hati kecilku, "benarkah kau tak menghendaki dia ada dalam hidupmu lagi? sebesar apakah kecewamu?" Ingin aku menangis bila harus menjawabnya, "aku masih mencintainya, masih. sangat" Sekilas, aku melihat kearah dia, dia sedang menatapku dengan begitu lekat, gurat-gurat kelelahan dan kecewa atas hidupnya sendiri nampak begitu jelas, "kau begitu terluka Sayangku" namun kata-kata itu lagi-lagi tak pernah terucap olehku. Dia hanya bisa pasrah, menyandarkan kepalanya di bahuku, mungkin dalam hatinya sedang menangis. Matamu, begitu menghiba, berduka, runtuhlah batu karang yang memagari hatiku, berjatuhan, berguguran. Meskipun masih ada sisa sisa keangkuhan yang aku tampakkan, namun sungguh wajahmu malam itu membuatku bertekad untuk bersamamu menghapus semua luka-luka ini. Memanjatkan doa bersamamu, Tuhan tolonglah kami, karena tiadalah kekuatan kami kecuali dengan pertolonganMU.....
Tetes terakhir espresso kusesap dengan sepenuh jiwa, setelah semua pahitnya kutelan, tinggallah gula di bagian bawah, manis. Semoga begitulah perjalanan kita, berakhir dengan manis, semanis suapan roll cake coklat yang kau suapkan untukku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar