Minggu, 11 Oktober 2015

Neuron

"Prunning of uneeded cells, we need to prunned of to uneeded connection"

Belajar tentang bagian kecil dari tubuh kita, yaitu sel syaraf, seperti sedang mendengarkan pelajaran dari Tuhan untuk kita.

Proses terbentuknya manusia diawali dengan bertemunya satu sel ovum dengan satu sel sperma. Setelah terjadi pembuahan, maka yang terbentuk paling awal adalah sel sel pembentuk otak, yaitu sel syaraf. Jadi, yang paling awal terbentuk, bukanlah mata, jantung ataupun organ tubuh yang lain. Bahkan pembentukan tabung sel syaraf yang nantinya menjadi pusat syaraf dan otak sudah selesai dibentuk pada minggu ketiga kehamilan. 

Bayi, terlahir dengan lebih dari 100 miliar sel syaraf, dimana sel sel syaraf inilah yang nantinya akan mejadi pusat komando dan saluran informasi yang memerintahkan organ organ tubuh kita untuk beraktivitas.

Saat lahir tersebut masing masing sel saraf berdiri sendiri dan tidak saling terhubung satu dengan yang lain. Namun setelah lahir, dengan adanya stimulasi dari lingkungannya dan asupan nutrisi yang sesuai maka dari masing-masing sel syaraf ini akan muncul serabut-serabut yang nantinya akan memungkinkan menjadi sambungan-sambungan dari satu sel syaraf ke sel syaraf lainnya, yang dalam istilah medis disebut sebagai sinapsis. Serabut terbanyak rata-rata manusia didapatkan saat usia 20 tahunan, Namun, serabut syaraf ini tidak begitu saja tumbuh tanpa aturan. Tuhan memberikan mekanisme alam pada serabut syaraf ini, dimana akan terjadi peluruhan atau matinya serabut syaraf demi untuk efisiensi individu yang bersangkutan. 

Jelas demikian, apabila seorang anak diajari bahasa inggris saat SD, maka di otak kita akan terpeta suatu rangkaian sel syaraf yang saling terhubung satu dengan lainnya yang membuat kita mampu berbahasa Inggris, namun apabila pada waktu selanjutnya tidak pernah digunakan lagi bahasa tersebut, maka sinapsis yang membentuk sistem kemampuan berbahasa inggris tersebut akan luruh, karena tubuh memandang hal tersebut tidak diperlukan, sehingga agar efisien maka sinaps akan diluruhkan secara alami.

Disinilah pelajaran itu bisa dipetik, Tentunya semua kita pernah belajar agama, terutama saat di bangku sekolah (meskipun seminggu sekali ketemu guru agama), namun setelah masuk ke dalam kehidupan nyata sehari-hari hanya sedikit dari kita yang masih peduli untuk terus mengasah diri dengan ilmu agama. Sehingga seperti halnya contoh diatas, semua kemampuan yang tidak pernah diasah maka secara otomatis aturan dari Tuhan yang dipatuhi tubuh kitapun berlaku, maka sistem syaraf yang membentuk pemahaman beragama tersebut akan luruh, naudzubillahi min dzalik.

Hal lain yang bisa kita pelajari adalah tentang sebuah sistem syaraf yang bisa terbentuk permanen apabila dilakukan pembelajaran yang rutin.

"Belajar di waktu kecil bagaikan mengukir di atas batu, belajar di waktu besar bagaikan mengukir diatas air"
Peribahasa itupun bisa dipahami dari sisi biologi, ternyata para ahli menemukan bahwa masa kanak-kanak adalah masa periode emas perkembangan otak. Yaitu bahwa apabila seorang anak kecil diberikan satu pembelajaran  terus menerus secara rutin selama beberapa minggu,  maka syaraf-syaraf di otaknya akan saling terhubung dan membentuk suatu struktur yang bersifat permanen, sehingga membentuk kemampuan dan memory yang sangat baik. 
Oleh karena itulah, kita semua harus ekstra hati-hati dalam mendidik putra putri kita, karena yang tertanam saat usia dini dan terus berulang beberapa waktu akan termemori dengan baik, apabila kita memberikan rekaman yang baik ataupun buruk semua akan termemori kuat dan mewarnai kehidupan mereka kelak. 

Sebagai penutup, sebaris kalimat ini semoga bermakna bagi kita, bahwa 

Alam ini, termasuk tubuh kita (yang merupakan bagian dari alam), memiliki mekanisme baku sebagai bentuk kepatuhan pada  hukum alam yang diciptakan Tuhan. 


Salam.

Jumat, 02 Oktober 2015

Beranikah berserah ?

Berserah pada ketentuan Allah tak sesederhana pengucapannya.  Pengetahuan telah datang, kesadaran telah terbuka. Selebihnya adalah keberanian untuk memutuskan lalu melangkahkan kaki di jalan yang dipilih, yang membentang di depan mata.

Pada beberapa episode mungkin sudah berhasil dan berani melewati pilihan, namun akan selalu ada perempatan, pertigaan, dan kelokan kelokan jalan yang menyesatkan. Selalu ada percabangan di setiap jalan lurus menuju pulang.

Aku bertanya pada diriku, mengapa begitu pengecut ? Bersembunyi di balik bayangan kecemasan, sibuk menciptakan ketakutan akan masa depan. Lalu di manakah kau simpan ikrar yang pernah kau ucapkan Laa ilaha ilallaah... Bahwa kau akan menjadikan Tuhanmu satu satunya sumber kekuatan, satu satunya perancang kehidupanmu.  ???
Ah, syahadatmu belum benar.