Sabtu, 06 Juni 2015

Ladang Jiwa

Saat berladang,

kutemukan tumbuhan iri hati mulai bersemi,
kuambil hingga ke akarnya sepenuh cinta, 
kukatakan pada diriku, semua memiliki tugas dan perannya, semua sudah diletakkan sesuai dengan kemampuannya, lantas mengapa iri dan menginginkan yang menjadi tempat bagi orang lain. Selesaikan tugasmu sendiri, tak perlu menoleh pekerjaan yang lainnya. 

lalu kulihat biji kesombongan mulai bertunas,
kusiangi dengan penuh kasih, dan kuingat, betapa kecilnya manusia dibandingkan seluruh semesta raya, lihatlah, sedangkan bumi yang mampu menampung sekian banyak makhluk hidup pun tak pernah bersombong diri, dan senantiasa tunduk pada ketentuan Tuhan atas semesta.

saat hendak beranjak, kukira benih iri telah habis,
ternyata di sudut lain ia bertumbuh juga..
ah, mengapa harus dipelihara? bila kutahu, semua sudah mendapatkan sesuai dengan haknya.

seluas pandangan mata, 
ah, ternyata masih ada, benih rasa ketertinggalan, benih rasa tak berguna, benih rasa "aku kan hanya", benih rasa tersisih, benih rasa tak diperhatikan, benih rasa tak didengarkan..
Tuhan, ini adalah iri dan kecemburuan dalam wujud yang semakin halus, yang bertumbuh diantara tanaman tanaman surga

Berikan aku cahaya-MU untuk menerangi ladangku, untuk menajamkan pandanganku agar mampu memilih mana yang harus dipelihara....
Berikan aku cinta-MU dan kuasa-MU untuk menyianginya tanpa merusakkan tanaman lainnya..

Sidoarjo lewat tengah malam 7-6-15

"maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada." (22:46)
"demikianlah Allah mengunci mati hati orang-orang yang tidak (mau) memahami." (30:59)