Senin, 16 Maret 2015

Maleficent, Saat Dendam Luruh dan Berganti Cinta


"Pada jaman dahulu kala, di sebuah negeri hiduplah Raja dan Ratu yang telah bertahun-tahun lamanya belum dikaruniai keturunan, hingga suatu hari sang Ratu pun akhirnya mengandung. Raja dan Ratu sangat bersuka cita. Hari demi hari dinanti, dan tiba saat yang ditunggu-tunggu seluruh negeri, lahirlah seorang bayi nan lucu. Raja pun mengundang para peri ke pesta kelahiran tersebut. Peri-peri berdatangan untuk memberikan mantera-mantera kebaikan, bagi sang putri yang baru lahir. Namun tak diduga, sekonyong-konyong datanglah seorang peri jahat yang tak diundang ke pesta tersebut. Sang peri amat sangat marah karena merasa diabaikan oleh Sang Raja. Dengan segenap kemarahan dan kekuatannya, dia mengutuk sang Putri yang baru lahir, bahwa nanti setelah ulang tahun yang ke enambelas Sang Putri akan tertusuk jarum pemintal dan meninggal. Semua yang hadir terkesiap kaget, Raja dan Ratu sangatlah sedih hatinya. Beruntung masih ada satu peri yang baik hati yang belum memberikan manteranya, dan ia pun memberikan mantera penangkal, bahwa nantinya Sang Puteri tidak meninggal pada saat tertusuk jarum, Sang Puteri hanya akan tertidur seratus hari lamanya, dan dia akan terbangun saat mendapatkan ciuman dari Pangeran yang menjadi cinta sejatinya."
Cerita di atas adalah sepenggal dongeng yang dipopulerkan oleh Walt Disney, kita mengenalnya sebagai dongeng Puteri Aurora, Sang Puteri Tidur atau Sleeping Beauty. Berpuluh tahun lamanya anak-anak terbiasa dengan dongeng-dongeng, peri baik-peri jahat, dan peri jahat selalu tak memiliki sisi kebaikan sama sekali dalam dirinya, selamanya dia adalah jahat hingga layak dibunuh untuk menghentikan kejahatannya.. Gambaran lain yang didapat dari kisah-kisah dongeng tersebut adalah  bahwa cinta sejati hanya melulu antara Sang Puteri dengan Sang Pangeran. 

Setelah berpuluh-puluh tahun Sang Pangeran menempati tempat yang mulia sebagai satu-satunya pemilik cinta sejati dan Sang Penyihir jahat senantiasa dipojokkan, tak diberi kesempatan memiliki kebaikan, akhirnya pertengahan tahun lalu Disney mengubah semuanya. Dalam cerita "Maleficent" sudut pandang cerita "Sleeping Beauty" diubah dari sisi sang penyihir. Kisahnya tetap sama, tentang Raja dan Ratu yang akhirnya memiliki putri setelah menunggu kehamilan selama bertahun-tahun lamanya, dan tentang Sang Penyihir yang marah dan mengutuk Sang Putri. Namun, di awal cerita ini dikisahkan bahwa sebenarnya dulu Sang Penyihir adalah seorang peri yang baik hati, dia bersahabat sejak kecil dengan Alfred. Hingga saat remaja, sang peri jatuh cinta pada Alfred, dengan segenap keluguannya dia sangat percaya bahwa Alfred pun mencintainya. Rasanya cerita ini lebih dekat dengan kenyataan hidup sesungguhnya, bahwa ketika keserakahan merasuki seseorang maka, hilanglah rasa kemanusiaan orang tersebut. Begitupun yang terjadi pada Alfred, dia tergiur dengan sayembara, bahwa siapapun yang mampu menundukkan pimpinan bangsa peri maka dia berhak menjadi raja. Dengan tipuan cintanya, Alfred melakukan hal yang keji, yaitu memotong sayap sang peri. 

Tenggelam dalam kesedihan dan kemarahan yang dalam, hingga tersulutlah api dendam sang peri, dialah Maleficent, yang akhirnya menjadi penyihir. Seluruh negeri peri menjadi muram karena kehilangan kehangatan sikap Maleficent. Dan puncaknya adalah kutukan Maleficient pada Aurora Sang Putri yang baru lahir. Kutukan yang memiliki kekuatan sangat dahsyat hingga tak ada kekuatan dari langit dan bumi yang mampu membebaskan Sang Puteri dari kutukan tersebut.

Konon untuk menyelamatkan jiwanya dan menghindari kutukan, maka Aurora diasingkan dari kerajaan, hidup dipinggir hutan diasuh oleh peri-peri yang melindunginya. Tahun demi tahun berjalan, Aurora tumbuh menjadi gadis periang yang baik hati, dan dia justru sangat menyukai bermain-main di kediaman Maleficent. Dengan kepolosannya Aurora justru mengangkat Maleficent sebagai ibu peri pelindungnya. Dia tidak mengetahui bahwa Maleficent lah yang sudah mengutuk dirinya agar nanti di usia 16 tahun dia tertusuk jarum lalu teridur selama-lamanya kecuali ada seseorang yang mencium Aurora dengan sepenuh rasa cinta, cinta sejati. Maleficent yakin bahwa cinta sejati tak pernah ada di dunia ini, sehingga dia menganggap bahwa sebenarnya penawar kutukan itu takkan ada. 

Hari demi hari Maleficent melihat Aurora yang selalu bermain dengan riang gembira, penuh kebahagiaan dan penuh cinta, semua itu perlahan-lahan membuat hatinya melunak. Dia mulai bisa memaafkan semuanya. Rasa sayangnya pada Aurora pun mulai timbul, dia menyesal telah mengutuk Aurora. Alkisah saat Aurora tertidur menjelang usia ke enambelaasnya, Maleficent menatapnya lekat-lekat, dan menitikkan airmata. Saat itu juga dia mencoba menarik semua kutukannya pada Aurora. Namun ternyata kekuatan kegelapan yang ia gunakan  untuk mengutuk Aurora jauh lebih besar daripada kekuatann yang saat ini ia gunakan untuk menarik kutukan tersebut. Maleficent sangat bersedih.

Suatu ketika, Aurora pun mengetahui bahwa sebenarnya ia adalah seorang putri raja, dan dulu ia dikutuk oleh Maleficent. Mengetahui kenyataan ini dia sangat kecewa dan marah. Aurora berlari kembali pulang ke kastil tempat ayahandanya (ayah Aurora adalah Alfred yang dulu mengiris sayap Maleficent demi mendapatkan tahta kerajaan). Namun malang ternyata itulah saatnya kutukan Maleficent harus mewujud padanya. Aurora tertusuk jarum pemintal, dan jatuh tertidur. Mengetahui hal ini Raja pun murka bukan kepalang. Maleficent diburu. 


Maleficent yang menyesali tindakannya, berupaya mencari Sang Pangeran yang diketahuinya dicintai oleh Aurora, karena Sang Pangeran itulah yang diharapkan dapat membebaskan Aurora dari kutukan, yaitu dengan cara memberikan ciuman cinta sejatinya pada Aurora. 
Maleficent bertekad membawa Sang Pangeran ketempat Aurora tertidur di dalam kerajaan, dan ia merelakan dirinya menanggung resiko tertangkap dan disiksa oleh Raja demi menebus dosanya karena telah mengutuk Aurora. Sesampai di kerajaan, dia meminta Pangeran agar mencium Aurora, namun ternyata Sang Pangeran tak sanggup melakukannya. Kegagalan upayanya mendapat ciuman cinta sejati Sang Pangeran pada Aurora itu menimbulkan penyesalan terdalam Maleficent, permintaan maaf yang tulus membuat rasa kasih sayangnya pada Aurora dapat terpancar seketika. Dan ternyata, itulah pelukan cinta sejati yang membebaskan kutukan tidur abadi Aurora. Kisah ini berakhir dengan obyektifitas yang berbeda dari kisah Aurora yang selama ini ada.

Mungkin dua versi cerita tersebut hanyalah dongeng pengantar tidur. Akan tetapi bila kita cermati lebih dalam maka kita bisa mengambil hikmah dari sana. Kisah Aurora versi lama cenderung menggiring seseorang untuk berpikir secara dangkal dan menghakimi, sedangkan kisah Aurora versi Maleficent sangat dalam maknamya. 
Seseorang yang baik bisa saja menjadi sangat jahat saat ia tergiur dengan keserakahan akan kekuasaan, hingga mematikan rasa cinta dan kemanusiaannya. Juga, seseorang yang baik bisa menjadi jahat saat dia membiarkan dirinya tenggelam dalam kekecewaan, kemarahan dan terbakar dendam. Namun hitam tak selamanya hitam, saat seseorang bertaubat dan menyesali perbuatannya, lalu dia rela melakukan segala hal untuk menebus kesalahanya dimasa lalu, maka ia layak untuk memiliki cinta sejati, yang mana kekuatan cinta sejati ini sangatlah dahsyat karena mampu membebaskan seseorang dari kutukan dan penderitaan. Cinta disini digambarkan secara luas, cinta bukanlah hanya sekedar rasa suka antara laki-laki dan perempuan, namun cinta hakikatnya adalah rasa yang benar-benar terpancar dari seseorang yang memiliki kebersihan dan ketulusan hati.

Salam cinta penuh kedamaian.