Minggu, 21 Desember 2014

Memilih Rasa

Kehidupan, adalah rangkaian dari berbagai macam peristiwa. Saat menjumpai setiap peristiwa, maka kita akan mendapatkan berbagai pilihan rasa, sedih, marah, kasihan, gembira, bahagia, atau biasa biasa saja. Tuhan menyediakan semua, termasuk kebebasan untuk memilih rasa. 

Mungkin saja, saat peristiwa itu terjadi didepan mata, nafsu dan ego kita berteriak lantang hingga pilihan kitapun mengikuti dia. Ego manusia selalu ingin dimenangkan, tak mau kalah, tak mau mengalah. Hingga apabila tak sesuai kehendaknya maka jalan kemarahan, kekecewaan, dan kesedihanlah yang ditempuh. Padahal, jalan ini tak pernah membawa seseorang kepada tujuan kehidupan, cenderung gelap dan menyesatkan. Bila terus menempuhnya maka seseorang itupun akan merasa sangat lelah karena tak kunjung sampai tujuan dan kehabisan energi dalam menempuhnya. Bahkan tak jarang, dalam kegelapan, dia tersandung, tersungkur, terjerembab dan terjatuh dalam lubang-lubang yang tak dapat dilihatnya. Sebaliknya, apabila ego mendapatkan apa yang diinginkannya, maka seseorang akan merasa menang, hingga teramat sangat gembira, euphoria yang menciptakan kebahagiaan semu, yang menyulut api kesombongan yang menyilaukan. Hingga akhirnya membakar diri sendiri, dan habislah semua menjadi abu kehidupan.

Ajaran bijaksana mengatakan, setiap manusia hendaknya sadar dalam setiap rasa yang hendak dipilihnya. Karena, hakikatnya kehidupan, adalah sebagai wujud penghambaan diri, pengabdian pada Sang Maha Pencipta, sehingga apapun yang didapatkan tentunya tak luput dari ijin dan kehendak-Nya. Saat mendapati apa yang diinginkan, bersyukurlah yang dalam, tak perlu sorak sorai. Dan pada saat belum berhasil bersabarlah sembari terus berusaha mengolah diri, meng-upgrade kemampuan agar menjadi layak dan mendapatkan ridha-Nya.. Dengan menyadari untuk bersabar dan bersyukur, maka kita telah memilih menempuh jalan damai, Yang berarti berdamai dengan segala keadaan yang kita terima. Damai berarti tak ada rasa yang melonjak ataupun terjerembab, semua dalam frekuensi ketenangan belaka. Karena hanya dengan ketenangan maka cahaya dari lentera hati kita takkan menjadi padam dan tak juga membakar diri kita. 

Salam cinta