Jumat, 17 Mei 2013

Dalam Genggaman Cahaya

Di sebuah sumur tua, dengan kejernihan air yang mampu memantulkan cahaya wajahku. Aku pandangi dengan cermat, dan kudapati gambaran saat diriku dalam satu keterpurukan yang dalam, terendam dalam lumpur kekotoran yang teramat sangat. Jiwaku dekil dan gelap oleh kekecewaan, kesedihan dan kemarahan yang membalut erat. Aku terlempar kedalam lorong gelap, jauh dari kesadaran. Bahagia semu, tawa semu, kehidupan semu. Sejatinya semua adalah gelap. 


Harus terhempas oleh kegagalan, harus mengalami luka menganga tuk sadar bahwa aku butuh cahaya.

Aku berkelana, mencari pelita yang bisa menerangi jiwaku. Dari satu pelita ke pelita yang lain, berharap bisa hadir selalu terangnya. Namun kudapati adalah lilin-lilin yang hanya mampu menyala sekejap, itupun segera meredup manakala terbentur angin masalah. Bagaimana aku mampu membawa lilin ini ke kedalaman jiwaku? bagaimana aku mampu membawa lilin ini berlayar di perahuku yang senantiasa bertemu badai? Bukan tak berguna, titik titik pelita ini setidaknya mampu menerangi walaupun dalam temaram dan sekejap, sehingga aku tak benar-benar gelap. Aku tak tahu, aku hanya berjalan mengikuti irama kehidupan, pasrah pada Sang Pencipta atas jalan mana yang harus aku hanyuti.

Sebuah mimpi besar adalah ketika aku mampu menerima cahaya itu, menyerap dan memantulkannya. Tapi dimana kan kudapatkan? Sebatas angan, aku hanya mampu mengguratkan dalam sebaris pesan untuk diriku sendiri, tiga tahun yang lalu. "Menuju Cahaya". "Sebuah perjalanan melewati pilihan hidup, sadarkan selalu kakimu manakala menapakinya, dari kegelapan menuju cahaya Ilahi". Aku menggumamkan sebaris kata, tanpa pernah tahu apa maknanya. Sekilas saja teringat dari waktu kecilku, ketika aku mendengar percakapan orang-orang dewasa, mereka mengatakan Sang Maha Kuasa ada cahaya diatas cahaya. CahayaNYA itulah yang aku butuhkan, cahayaNYA tak mungkin redup oleh angin sekeras apapun, oleh air sederas apapun.Cahaya yang mampu membuat segalanya menjadi ada dan nampak. Maha Cahaya.

Sebuah kebahagiaan adalah ketika apa yang kau impikan menjadi kenyataan. Manakala pintu pengetahuan dibuka lebar,  disanalah cahaya itu. Namun jangankan menghadirkan cahaya itu ke dalam jiwa, menjamahnya bahkan memandanginyapun aku belum mampu. Cahaya itu terlampau terang benderang, sehingga aku tak sadar bahwa aku sudah memandanginya, mataku dibutakan oleh silaunya. Cahaya itu ada disekitarku, namun  aku tak mampu menghadirkannya kedalam jiwaku. Jiwaku bagaikan selubung gelap dan cahaya itu tak mau menembusku, menerangi jiwaku. Seorang berkata, "kamu harus mengerti cara menerjemahkan buku panduan cahaya untuk bisa memandangnya dan menggunakannya," "tak mudah memang, namun pasti bisa, asal dengan kemauan sekeras baja".


Bagi yang mencari, maka akan menemukannya. Seorang guru bijaksana berkata, "bersihkan jiwamu, maka cahaya akan hadir dan menerangi kegelapan.." Terimakasih guru, karena sudah memantulkan cahayaNYA untukku, semoga lebih mudah bagiku mengerti dan menghadirkan cahayaNYA dalam kehidupan.

Terimakasih Tuhanku, Maha Cahaya ku....